Gaza, memiliki berjuta cerita yang tergores dengan tinta-tinta darah para Syuhada. Berikut ini adalah gambaran singkat tentang situasi di Gaza, yang diuraikan oleh seorang warga Gaza, Sarah Algherbawi, yang ingin menyampaikan kepingan kisah-kisah memilukan berdasarkan apa yang ia ketahui kepada dunia.
Ini adalah kisah-kisah pendek dari Gaza, sebuah gambaran dari penderitaan kami. Namun kenyataannya jauh lebih menyakitkan!
Deskripsi di bawah setiap foto ini berdasarkan fakta-fakta yang dipublikasikan di kantor-kantor berita dan media sosial. Setiap foto Saya juga menulis sebuah kisah. Kami telah melihat sebagian orang di foto-foto ini di TV, yang lainnya Saya ketahui dari kawan mereka atau kerabat mereka, dan narasinya adalah dari saya berdasarkan pengetahuan saya tentang kondisi mereka.
Pesan saya kepada dunia melalui artikel ini adalah bahwa para Syuhada bukan saja sekedar jumlah; mereka semua memiliki kehidupan dan orang-orang yang mereka kasihi. Semuanya meninggalkan kisah! semuanya akan berbeda di dunia ini jika hidup mereka tidak dirampas.
Dibalik angka, banyak kisah yang tersembunyi, sementara yang lainnya hanya dikubur begitu saja!
***
Aku bahagia… calon pengantin cantik… bersiap-siap untuk pernikahanku dan sebuah rumah dengan calon suamiku..
Dia melamarku. Kami berencana menikah pada Agustus 2014. Dia berjanji akan membuatku bahagia..
Sekarang, Aku sendiri. Dia tidak pernah berbohong; hanya saja dia tidak memiliki kesempatan untuk menunaikan janjinya. Dia terbunuh.
Aku bahagia dengan cincin pernikahanku. Aku tidak percaya bahwa wanita yang selalu ku idamkan akhirnya menjadi isteriku. Aku bahkan mengambil gambar cincin ini dan menjadikannya gambar profile di Facebook. Akuakan menjadi seorang ayah. Isteriku sedang hamil ketika Aku terbunuh.
Aku berharap akan melihat anakku. Aku berharap ia mengenalku. Aku tidak tahu apakah bayi itu adalah seorang anak laki-laki atau perempuan.Ketahuilah, Aku seorang jurnalis juga. Aku tewas dibunuh karena melakukan pekerjaanku!
Saya mempunyai seorang kakak; kami sering bertengkar. Ibu selalu meminta kami untuk berhenti bertengkar dan berhenti membuat keributan.
Kami sering bermain dan menghabiskan banyak waktu bersama. Aku tidak pernah berpikir akan kehilangannya secepat ini. Aku sangat mencintainya. Aku tidak mengatakan kepadanya bahwa, Aku pikir kita tidak memiliki waktu yang lama untuk memberitahunya.
Aku harap Aku memiliki kesempatan untuk memberitahunya sebelum ia terbunuh. Aku tidak mengerti mengapa ia pergi; ia sama saja seperti aku. Ia tidak melakukan hal buruk apapun kepada orang lain!
Kami menyaksikan perang ini, orang tua kami tidak mengizinkan kami untuk keluar rumah dan bermain. Kami bertanya: “Jika kami hanya anak-anak mengapa mereka menyakiti kami?” Kami sangat bosan! Kami tidak pergi kelular untuk berminggu-minggu, ayah mengatakan kepada kami untuk bermain di atas atap. Dia pikir itu adalah tempat yang aman. Kami mendapati hal yang menyenangkan di sana sebelum kami dibunuh!
Kami memiliki ibu dan ayah, mereka sangat menyayangi kami. Ibu menanti perang ini berakhir untuk membawa kami ke pasar dan membelikan kami seragam baru untuk sekolah dan pakaian baru untuk hari raya ‘Id. Mereka berjanji untuk mengajari kami apa saja yang kami inginkan, untuk merawat kami hingga kami tumbuh dewasa.
Ibu selalu berdoa bahwa ia bisa melihat kami menikah dan bermain dengan anak-anak kami.
Perang ini tidak berakhir, hari ‘Id datang dan tidak ada hadiah. Orangtua kami tewas dibunuh dan kami sekarang sendirian. Siapa yang akan merawat kami?
Aku seorang gadis kecil yang cantik, begitu yang biasa dikatakan teman-temanku. Aku selalu merasa seperti seorang puteri.
Aku tidak tahu apa yang terjadi; bahkan Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Aku dengar dokter mengatakan bahwa sesuatu yang disebut “pecahan-pecahan” telah menyakitiku. Aku bahkan tidak mau mengerti itu!
Aku memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Aku memanjakan dan mencintainya seperti tidak ada ayah di dunia ini yang bisa seperti itu kepada puterinya. Aku selalu memimpikan hari pernikahannya. Bagaimana penampilaknnya nanti. Apakah akan ada pria di bumi ini yang mencintainya sebagaimana aku mencintainya? Aku memohon kepada Allah untuk memberiku kesehatan dan umur yang panjang hingga saat itu tiba. Aku tidak pernah berpikir ia akan meninggal dunia sebelum aku. Mereka membunuh puteriku, mereka mengambil belahan jiwaku!
Sarah Algherbawi adalah seorang warga Palestina, lahir di Arab Saudi pada 1991, dan sekarang tinggal di Jalur Gaza. Ia mendapatkan gelar sarjana dalam bidang Business Administration dari Islamic University of Gaza, dan sekarang ia bekerja sebagai koordinator proyek di sebuah organisasi media.
Diterjemahkan dari MEMO Middle East Monitor dengan editan redaktur.
(siraaj/arrahmah.com)