GAZA (Arrahmah.com) – Pada saat Idul Fitri, jalan-jalan Jalur Gaza biasanya ramai dengan penduduk lokal yang menghabiskan dini hari pertama Idul Fitri mereka di luar rumah untuk menyambut hari raya. Tetapi berbeda dengan tahun ini.
Dengan pesawat tempur zionis “Israel” yang terbang di atas langit Gaza dan suara ledakan serta tembakan bergema sepanjang malam, jalan-jalan Gaza menjadi suram dan jauh dari keceriaan selama jam-jam awal hari Idul Fitri tanpa aktivitas apapun.
“Anda tidak akan menemukan warga Palestina yang menyiapakan perayaan Idul Fitri tahun ini,” Hossam Al-Ranteesi (32), sopir taksi, mengatakan kepada Anadolu Agency.
“Adegan kematian dan kehancuran serta bau darah di mana-mana di jalan-jalan Gaza, dan serangan ‘Israel’ masih berlangsung. Tidak ada perayaan bagi kami tahun ini,” tambahnya.
“Israel” telah menggempur Jalur Gaza – yang telah berada di bawah blokade Israel yang melumpuhkan sejak tahun 2006 – dari udara, darat dan laut sejak 7 Juli lalu, menyebabkan meninggalnya 1.034 orang dan melukai 6233 lainnya serta menghancurkan ratusan rumah.
“Israel” mengklaim bahwa serangan militer mereka bertujuan untuk menghancurkan kemampuan gerakan perlawanan di Gaza yang melancarkan serangan roket terhadap “Israel”.
Selain korban manusia, “Israel” juga menghancurkan 2.330 unit rumah Gaza dan menghancurkan sebagian dari 23,160 blok apartemen lainnya, menurut Departemen Pekerjaan dan Perumahan Palestina.
“Kehidupan di sini telah dihentikan oleh perang ‘Israel’,” Al-Ranteesi, yang sedang menuju ke rumah sakit Kota Gaza barat untuk mengunjungi anaknya yang terluka, mengatakan kepada AA.
“Semua orang takut bahwa mereka mungkin menjadi sasaran berikutnya dari serangan udara ‘Israel’. Itu sebabnya tidak ada yang keluar, kecuali darurat dan hanya pada siang hari,” tambahnya.
Di dekatnya, sekelompok pemuda Palestina, yang terlantar akibat serangan “Israel” dari kawasan Shujaiya di bagian timur Kota Gaza, berkumpul di taman sekolah PBB yang memberikan mereka tempat berlindung untuk berbagi dalam upaya untuk melupakan penderitaan mereka.
“Ini adalah pertama kalinya kami menghabiskan Idul Fitri tanpa perayaan apapun,” Khaled Al-Beltagi (25) mengatakan kepada AA.
“Kami tidak merasakan sukacita tahun ini. Semua orang di sini merasakan kesedihan. Beberapa kehilangan anggota keluarga mereka yang terbunuh, yang lainnya kehilangan rumah mereka yang hancur,” ia melanjutkan.
(banan/arrahmah.com)