(Arrahmah.com) – Situs Anshar Mujahidin menurunkan sebuah tulisan “unik” untuk mengenang demonstrasi kaum muslimin yang memprotes film anti-Islam “Innocence of Muslims” di Kedubes AS di Kairo. Tulisan imajinatif yang berangkat dari sebuah fakta itu diberi judul Al-Haarah fis Safaarah, karya Gharib Al-Ikhawan. Berikut terjemahannya.
***
Dengan nama Allah. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.
Suasana hangat di kedutaan besar
Hasanain adalah seorang pemuda Mesir dalam usia seorang remaja. Ia bertarung mati-matian untuk bisa bertahan di kalangan kelas menengah warga Mesir. Sebagian besar kawan sebayanya bahkan terjatuh dalam golongan kelas bawah. Telah punah angan-angan Hasanain akan era Islam yang baru, seperti diyakinkan oleh Presiden terpilih yang telah menjanjikan penerapan syariat Islam secara bertahap.
Hasanain telah melihat bagaimana pemerintahan (Perdana Mentri yang baru) Hisyam Qindil telah mengambil pinjaman riba (yang sejak zaman dahulu telah ditetapkan Allah membawa kehancuran) dari IMF sebesar 4,8 milyar dolar. Padahal pemerintahan (Perdana Mentri yang lama) Kamal Janzuri hanya meminjam hutang sebesar 2 miliar dolar kepada IMF.
Hasanain telah melihat bagaimana Yang Mulia Presiden Mursi telah melakukan kunjungan ke Iran yang berlumuran darah kaum muslimin Suriah. Padahal sejak 1979 M presiden Mesir sebelumnya belum pernah melakukan kunjungan ke Iran.
Hasanain juga telah mendengar bagaimana Yang Mulia Presiden Mursi mengambil simpati para artis dan seniman, kantor kepresidenan telah meminta maaf kepada aktris yang bejat moralnya, Ilham Shahin. Padahal presiden terguling Husni (Laa) Mubarak sekalipun tak pernah berkompromi sampai serendah itu.
Hasanain juga telah melihat bagaimana Yang Mulia Presiden Mursi sendiri berani mengirim pesawat tempur dan tank untuk menggempur penduduk Sinai. Padahal Husni (Laa) Mubarak sekalipun sebelumnya tidak pernah melakukan hal itu.
Hasanain kini yakin bahwa pemerintahan Mesir yang baru memang mengikuti politik bertahap, namun dengan catatan sederhana: bertahap menuju arah yang terbalik, dari arah kebenaran menuju arah kebatilan, bukannya arah kebatilan menuju arah kebenaran.
Hasanain telah menguatkan tekadnya dan memutuskan untuk pergi ke negeri minyak dan madu, negeri paman Sam, negara yang memberi kesempatan lebar-lebar untuk meraih kehidupan yang layak. Hasanain menyusuri jalan raya Kamaluddin Shalih yang menuju gedung Kedutaan Besar AS di Kairo dengan penuh wibawa dan ketenangan. Ia menundukkan pandangannya dari tembok gedung Kedubes, seperti yang telah diajarkan oleh bapaknya sejak masa kecil. Namun tulisan grafiti di tembok gedung Kedubes mengundang perhatiannya. Ia merasa malu saat memabaca tulisan di tembok itu:
FU** OF
Hasanain sedikit memberanikan dirinya untuk mengangkat mukanya. Maka ia melihat bendera Al-Qaeda yang dihiasi tulisan lafal tauhid dan disertai stempel nama Al-Habib Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam berdiri tegak dan berkibar-kibar oleh tiupan angin kencang di atas tiang Kedubes. Hasanain menyangka ia salah alamat, maka ia mendatangi gerbang pintu masuk kedubes.
Hasanain kini yakin benar-benar berada di depan gedung Kedubes AS. Tapi ia membaca nama Usamah bin Ladin di atas pintu gerbang Kedubes AS. Hasanain sedikit kebingungan! Ia mulai mengambil kesimpulan, “Barangkali AS telah masuk Islam!” Hasanain gembira, karena selain minyak dan madu di negeri paman Sam, ia juga akan merasakan pemerintahan baru yang Islami di sana, yang secara bertahap akan berjalan dari kebatilan menuju kebenaran, bukan sebaliknya!
Hasanain pun memasuki halaman gedung Kedubes, dan ia segera mendapati suasana hangat di Kedubes. Tetangganya, Ummu Muhammad dan ibu-ibu kampungnya tengah menikmati teh di bawah sebatang pohon yang rindang di samping pintu gerbang utama Kedubes. Si bujang Rajab tengah menggembalakan sapi di taman Kedubes. Para pemuda kampungnya yang miskin sedang bermain bola di areal parkir Kedubes setelah mereka mencabut tiang meja kantor Kedubes sebagai tiang gawang. Sementara itu anak-anak perempuan bermain game di komputer Atase Militer.
Hasanain bertanya kepada mereka tentang bagian pengurusan visa, maka mereka menunjukkannya kepada seorang pemuda yang pakaian bagian betisnya sangat pendek (celana cingkrang), jenggotnya sangat panjang, dan duduk di depan sebuah meja bagian lobi. Di depannya ada sebuah laptop canggih dan berkas-berkas pengurusan visa.
Hasanain: “Assalamu ‘alaikum, maaf, saya ingin meminta visa.”
Pemuda: “Wa’alaikum salam, mau kemana insya Allah?”
Hasanain: “Virginia atau Washington, mungkin juga Los Angeles, maaf.”
Pemuda itu sambil tersenyum: “Wah, visa untuk pergi ke sana telah kami tutup. Semoga Allah mengampunimu, maaf, sepertinya Anda tidak mengikuti perkembangan berita.”
Hasanain kebingungan: “Maaf, barangkali Anda bisa memberi alternatif.”
Pemuda: “Kami memiliki beberapa pilihan. Anda bisa memilih hijrah ke Afghanistan atau Pakistan. Ada banyak permintaan visa kepada kami untuk tujuan Somalia atau Yaman. Jika Anda mau, Anda bisa juga meminta visa ke Syam atau Irak. Tapi Anda harus ingat, keahlian yang dibutuhkan di sana sangat tinggi. Baru-baru ini kami juga menerima permintaan visa ke Azawad.”
Hasanain: “Kapan permintaan visa untuk ke negeri paman Sam akan kembali dibuka?”
Pemuda: “Hal itu membutuhkan waktu, sampai semua staf Kedubes keluar dari ruang “aman”[1] di lantai dasar ketiga ruang bawah tanah. Kami sudah berusaha untuk mengeluarkan mereka dari ruangan itu, namun ruangan itu hanya bisa dibuka dari dalam. Anda perlu menunggu beberapa lama sampai makanan mereka habis dan pakaian mereka lusuh, maka saat itu mereka baru akan keluar.”
Hasanain: “Saya kira tak perlu menunggu. Karena keluarga dekat lebih layak untuk dikunjungi, saya akan mengadakan piknik ke Sinai saja, insya Allah.”
Pemuda: “Silahkan, semoga Anda diberkahi Allah.”
***
Bawakan ia ke hadapanku!
Bawakan ia ke hadapanku, agar aku bisa berbicara empat mata dengannya!
Bawakan ia ke hadapanku, agar aku bisa mencium kepalanya!
Dan sudah menjadi kewajiban setiap orang di antara kalian untuk mencium kepalanya.
Bawakanlah ke hadapanku si pemuda Mesir yang jenius ini, yang telah menginjak-injak arogansi AS dengan telapak kakinya, yang telah menegakkan dengan kedua tangannya yang mulia bendera tauhid di atas atap Kedubes AS di ibukota terbesar negara Arab dan negara “Islam”…maka ia melenyapkan sihir Obama di Universitas Kairo beberapa tahun yang lalu!
Bawakanlah ia ke hadapanku, agar kita menuliskan namanya dalam lembaran sejarah kemuliaan, sehingga sejarah mengabadikan namanya bersama orang-orang besar dengan penuh kebangaan dan kehormatan.
Peristiwa-peristiwa itu memiliki indikasi-indikasi. Indikasi-indikasi itu memiliki konskuensi-konskuensi. Dengan dijungkirkannya bendera-bendera itu akan ada keberkahan-keberkahan setelahnya. Pada zaman lampau, kekalahan dalam peperangan ditandai dengan tumbangnya bendera. Sembilan orang jagoan perang Bani Abdur Dar yang membawa panji perang kaum musyrik Quraisy dalam perang Uhud telah gugur mengusung panji itu, agar panji itu tidak tumbang.
Tumbangnya bendera AS dari atap salah satu Kedubes terkuatnya di dunia merupakan pertanda bencana bagi mereka, insya Allah. Tegak berkobarnya bendera Al-Qaeda dan Daulah Islam Irak di atas atap Kedubes AS adalah pertanda baik dan kabar gembira kemenangan, insya Allah. Demi Allah Yang tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Dia, ratusan ribu bendera ini benar-benar akan ditegakkan di lapangan-lapangan umum dalam beberapa tahun ke depan, insya Allah.
Jika kita telah lupa, maka bagaimana kita bisa melupakan orang pertama kali yang menyerahkan dan menggangkat bendera itu, dialah sang kekasih putra sang kekasih, syaikh Hamid Az-Zawi (amirul mukminin Abu Umar Al-Baghdadi Al-Husaini Al-Qurasyi).
Wahai kekasih hati, sampaikanlah kepada orang-orang yang bersama Anda, bahwa kami masih setia memegang janji
Sungguh umat Islam telah marah demi membela kakek Anda, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam, maka umat Islam “mencekik” duta besar mereka dengan api kebenaran yang menyala-nyala
Sampaikanlah kepada orang yang bergabung dengan orang dekat Anda (Abu Hamzah Al-Muhajir, pent) demikian persangkaan kami tentangnya dan Allah-lah Yang lebih mengetahui keadaannya, bahwa darahnya tidak akan tumpah sia-sia
Sampaikanlah kepada syaikh Usamah bahwa benih-benih telah ditaburkan di atas setiap gunung dan di atas setiap lembah
Dan jika Anda melewati Hamd Atha, maka sampaikanlah kepadanya bahwa Mesir telah bangkit, bahwa cita-cita dan angan-angan telah mendekati kenyataan
Wahai Abu Umar
Kekasih hati kami
Kami telah menunggu 11 September tahun ini dengan penuh kesabaran, ternyata kami dikejutkan dengan berita syaikh Abu Yahya Al-Libi, kami tidak tahu apabila sore itu ternyata membawa kebaikan, bahkan sepenuh kebaikan
Ternyata Allah telah menakdirkan apa yang telah terjadi
Peristiwa 11 September tahun ini, demi Allah, sungguh sangat besar
Kami telah menancapkan bendera tauhid, bendera Al-Qaeda, bendera Daulah Islam Irak, bendera kakek Anda, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam, di atas atap Kedubes AS di Kairo, setelah kami merobek-robek bendera AS, kami campakkan kemuliaan mereka dan kami bunuh Dubes mereka
Janji syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi terhadap mereka kini sedang ditunggu-tunggu
Lebih panas dari bara api
[1] Di setiap Kedubes AS terdapat ruang aman di ruangan lantai-lantai bawah tanah dilengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan persiapan jika terjadi perkara-perkara genting
Gharibul Ikhwan
Syawwal 1433 H
Situs Anshar Al-Mujahidin
(muhib almajdi/arrahmah.com)