KAIRO (Arrahmah.com) – Pasukan keamanan Mesir, Rabu (10/10/2018), menahan putra dari mantan presiden Muhammad Mursi – yang digulingkan dan dipenjarakan dalam kudeta militer tahun 2013 – di rumahnya di Kairo barat.
Berbicara kepada Anadolu Agency, Ahmed Mursi – putra tertua mantan presiden – menegaskan bahwa saudaranya Abdullah telah ditahan oleh personil keamanan.
“Kami terkejut pagi ini ketika orang-orang tak dikenal memasuki rumah kami di distrik Sheikh Zayed [Kairo barat] dan menahan saudara saya,” kata Ahmed.
Keluarga itu, lanjutnya, masih tidak tahu keberadaan Abdullah.
Pihak berwenang Mesir, untuk bagian mereka, belum mengomentari penangkapan dilaporkan atau diklaim keluarga Mursi.
Abdullah melakukan kampanye untuk membela hak-hak yang seharusnya diperoleh sang ayah, Muhammad Mursi, selama di penjara. Ia melakukan aksi duduk setiap bulan.
Kepada Associated Press awal bulan ini ia menyatakan, “Saya tidak akan duduk di atas tanah sementara saya menunggu, itu tidak bermartabat. Saya tahu mereka akan menolak permintaan saya, tetapi saya masih harus mencoba.”
Keluarga Mursi berusaha untuk mengunjungi mantan presiden tersebut. Sejak pemecatannya, Mursi hanya muncul di pengadilan, di mana dia biasanya berdiri dalam struktur yang besar dan kedap suara.
Keluarganya mengatakan kesehatan mantan presiden yang berusia 67 tahun itu memburuk selama dipenjara. Dia menghabiskan bertahun-tahun sendirian di kamar penjara. Bulan lalu, keluarga diberi izin untuk kunjungan yang diawasi oleh polisi selama 25 menit. Hanya ketiga kalinya anggota keluarga melihatnya sejak penahanannya.
Abdullah Mursi berkata, “Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi di negara ini sejak beliau ditangkap. Mereka tidak mengizinkan surat kabar atau bahkan pena dan kertas untuk menuliskan pikirannya.”
Dia menambahkan bahwa ayahnya tidur di lantai dan membutuhkan perawatan medis untuk masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi.
Rezim Mesir telah menempatkan sebagian besar keluarganya dalam daftar pengawasan terorisme dan melarang mereka dari kehidupan publik.
Abdullah berkata, “Klaim terorisme, itu semua adalah drama politik – itu satu-satunya cara yang mereka bisa jelaskan atas apa yang mereka lakukan pada ayah saya.” (Althaf/arrahmah.com)