JAKARTA (Arrahmah.com) – Perolehan suara PDIP versi hitung cepat Indobarometer Indonesia yang hanya 18,97 persen, dinilai oleh beberapa kalangan pengamat politik sebagai antiklimaks hingar bingar pencitraan dan pengkarbitan sosok Joko Widodo alias Jokowi .
Calon presiden Jokowi yang diusung partai berlogo banteng moncong putih ini, dinilai tidak mahir dalam melakukan komunikasi poliitik. Akibatnya dalam pemilu legislatif (pileg) 2014 gagal menembus angka 20 persen.
Untuk itu Jokowi pantas menjadi ‘kambing hitam’, pasalnya blusukan yang menjadi keunggulan Gubernur DKI Jakarta itu hanya sebagai pencitraan Jokowi. Hanya untuk salaman, foto-foto, basa-basi sementara lalu masuk televisi.
“Komunikasi yang dilakukannya seolah tulus dan empati. Padahal publik membaca ada motif lain yang tersembunyi,” ujar pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra dalam keterangan resminya, Jumat (11/4/2014), tulis POL.
Pencitraan yang dilakukan Jokowi, katanya, tidak ada pengaruhnya pada perolehan suara PDIP pada pemilu legislatif 9 April 2014.
Seharusnya, ketika diberi mandat menjadi capres PDIP, katanya, Jokowi meningkatkan komunikasi dengan rakyat. Terutama dalam menjawab sentimen negatif yang ditujukan kepadanya.
Serangan yang semakin gencar, seperti menagih janji Jokowi dalam mengurus Jakarta, hingga mengungkit kembali mobil Esemka bukan hanya dijawab ‘Aku rapopo’.
“Ini tidak menjawab substansi tuduhan tersebut. Seharusnya Jokowi menangkis dengan tangkas dan cerdas,” tandasnya. (azm/arrahmah.com)