MELBOURNE (Arrahmah.com) – Fast Food atau makanan cepat saji ternyata juga berbahaya bagi penderita penyakit asma dan eksim atau eksema, berdasarkan studi internasional terbaru yang dilaporkan oleh News Australia pada Selasa (15/1/2013).
Sebuah studi internasional yang melibatkan setengah juta anak-anak dan remaja yang menemukan tiga porsi atau lebih memakan makanan Fast Food dalam sepekan terkait dengan resiko asma yang parah, eksema dan rinitis, sebuah kondisi yang ditandai dengan hidung meler dan mata berair.
Studi ini, yang dipublikasikan pekan ini dalam jurnal pernapasan Thorax, menemukan 39 persen dan 27 persen peningkatan resiko keparahan asma dialami oleh remaja dan anak-anak masing-masing, yang mengkonsumsi tiga porsi atau lebih Fast Food dalam sepekan.
Mentega, margarin dan pasta juga terkait dengan asma berat pada para remaja.
Tetapi sebaliknya, buah memiliki efek perlindungan terhadap kondisi alergi. Memakan tiga atau lebih dapat dikaitkan dengan penurunan keparahan antara 11 persen dan 14 persen di antara remaja dan anak-anak masing-masing.
Studi ini adalah bagian dari Studi Internasional terkait Asma dan Alergi pada masa kanak-kanak, sebuah proyek penelitian besar mencakup lebih dari 100 negara dan hampir dua jua anak-anak di seluruh dunia.
Penulis laporan penelitian ini, termasuk Profesor Colin Robertson dari Murdoch Children’s Research Institute di Melbourne, Australia, mengatakan bahwa ada alasan yang masuk akal bahwa Fast Food bisa meningkatkan keparahan penyakit-penyakit tersebut.
Fast Food telah diketahui sering mengandung asam lemak jenuh yang tinggi yang dapat berdampak buruk pada kekebalan tubuh.
Sementara buah-buahan kaya akan antioksidan dan senyawa bermanfaat lainnya.
Peneliti menimpulkan bahwa dengan memakan buah-buahan dan sayuran secara rutin dapat melindungi dari penyakit asma, alergi dan penyakit-penyakit tidak menular lainnya.
Ketua Asosiasi Dewan Asma Nasional Australia Profesor Noela Whutby mendukung penelitian lebih jauh ke dalam hubungan kausal antara makanan Fast Food dan asma, karenan faktor demografi dan lingkungan lainnya juga bisa berperan. (siraaj/arrahmah.com)