GAZA (Arrahmah.id) — Setidaknya enam tentara Israel telah bunuh diri dalam beberapa bulan terakhir, yang diduga akibat tekanan psikologis parah yang disebabkan genosida berkepanjangan di Gaza dan perang di Lebanon selatan.
Dilansir TRT World (23/11/2024), menurut investigasi Harian Israel Yedioth Ahronoth, jumlah bunuh diri tentara Israel mungkin lebih tinggi, karena militer Negeri Zionis itu belum merilis angka resmi, meskipun berjanji untuk mengungkapkannya pada akhir tahun ini.
Laporan Jumat (22/11) menyoroti krisis kesehatan mental yang lebih luas di dalam militer Israel yang terlibat dalam pembantaian massal warga Palestina dan penghancuran massal di Gaza, daerah kantong Palestina yang terkepung selama 413 hari terakhir.
Sejak 7 Oktober tahun lalu, militer Israel telah membunuh keluarga-keluarga di Gaza, menghancurkan permukiman, menggali kuburan massal, menghancurkan pemakaman, mengebom toko-toko dan bisnis, meratakan rumah sakit dan kamar mayat, menabrakkan tank dan buldoser ke mayat, menyiksa warga Palestina yang dipenjara dengan anjing dan listrik, melakukan eksekusi palsu terhadap tahanan, dan bahkan memperkosa banyak warga Palestina.
Menunjukkan perilaku sadis selama genosida, tentara Israel telah mengejek tahanan Palestina dengan mengklaim bahwa mereka sedang bermain sepak bola dengan kepala anak-anak mereka di Gaza.
Pasukan militer Israel telah menyiarkan langsung ratusan video tentara yang menjarah rumah-rumah Palestina, menghancurkan tempat tidur anak-anak, membakar rumah sambil tertawa, mengenakan pakaian dalam warga Palestina yang mengungsi, dan mencuri mainan anak-anak.
Dalam misi mereka untuk menghapus Palestina, pasukan militer Israel telah membunuh banyak bayi, petugas medis, atlet, dan jurnalis dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perang mana pun di abad ini.
Namun sekarang, hal itu harus dibayar dengan harga yang mahal. Ribuan tentara Israel telah mencari bantuan dari klinik kesehatan mental militer atau psikolog lapangan, dengan sekitar sepertiga dari mereka yang terkena dampak menunjukkan gejala gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Menurut penyelidikan, jumlah tentara Israel yang menderita trauma psikologis mungkin melebihi mereka yang mengalami luka fisik akibat perang.
Harian itu mengutip para ahli yang mengatakan bahwa tingkat penuh dari krisis kesehatan mental ini akan menjadi jelas setelah invasi militer berakhir dan pasukan kembali ke kehidupan normal.
Pada bulan Maret 2024, Lucian Tatsa-Laur, kepala departemen kesehatan mental militer Israel, mengatakan kepada Haaretz bahwa sekitar 1.700 tentara telah menerima perawatan psikologis.
Sejak itu, banyak laporan telah muncul yang menunjukkan bahwa ribuan tentara menderita masalah kesehatan mental karena penempatan yang diperpanjang di Gaza dan Lebanon selatan. (hanoum/arrahmah.id)