KOLOMBO (Arrahmah.id) – Parlemen Sri Lanka bertemu pada Sabtu (16/7/2022) untuk mulai memilih pemimpin baru untuk menjalani sisa masa jabatan saat ini setelah presiden melarikan diri ke luar negeri dan mengundurkan diri menyusul protes massal atas keruntuhan ekonomi negara itu.
Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena menjanjikan proses politik yang cepat dan transparan yang harus diselesaikan dalam waktu seminggu, lansir Al Jazeera.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dilantik pada Jumat sebagai presiden sementara sampai parlemen memilih pengganti Gotabaya Rajapaksa, yang masa jabatannya berakhir pada 2024.
Para pengunjuk rasa di negara kepulauan yang dilanda krisis, bagaimanapun, bersikeras bahwa perdana menteri enam kali itu juga harus minggir. Presiden baru dapat menunjuk seorang legislator untuk menggantikan Wickremesinghe.
Pencalonan untuk jabatan presiden akan didengar pada Selasa, sekretaris jenderal parlemen Dhammika Dasanayake mengatakan selama sesi singkat. Jika ada lebih dari satu calon presiden, para legislator akan memilih pada Rabu.
Surat pengunduran diri Rajapaksa
Rajapaksa (73), melarikan diri ke Maladewa dan kemudian ke Singapura minggu ini untuk menghindari pemberontakan rakyat melawan pemerintahannya.
Selama persidangan, Dasanayake juga secara resmi membacakan surat pengunduran diri Rajapaksa, yang isinya belum pernah dipublikasikan sebelumnya.
Dalam suratnya, Rajapaksa mengatakan krisis keuangan Sri Lanka berakar pada salah urus ekonomi selama bertahun-tahun sebelum kepresidenannya, bersama dengan pandemi Covid-19 yang secara drastis mengurangi kedatangan turis Sri Lanka dan pengiriman uang dari pekerja asing.
“Adalah keyakinan pribadi saya bahwa saya mengambil semua langkah yang mungkin untuk mengatasi krisis ini, termasuk mengundang anggota parlemen untuk membentuk pemerintah semua partai atau persatuan,” kata surat itu.
Para pengunjuk rasa menuduh Rajapaksa dan keluarga politiknya yang kuat menyedot uang dari kas pemerintah dan mempercepat keruntuhan negara dengan salah mengelola ekonomi.
Keluarga telah membantah tuduhan korupsi, tetapi Rajapaksa mengakui beberapa kebijakannya berkontribusi pada kehancuran Sri Lanka. (haninmazaya/arrahmah.id)