KOLOMBO (Arrahmah.com) – Pemerintah Sri Lanka kemarin (20/6/2019) memerintahkan dakwaan kriminal pertama terhadap sejumlah personil keamanan atas dugaan “penyimpangan” sebelum bom bunuh diri pada hari Minggu Paskah yang menewaskan 258 orang.
Sembilan petugas polisi akan menghadapi “investigasi kriminal” karena gagal menindak peringatan sebelum pemboman 21 April di tiga gereja dan tiga hotel.
Dalam pemberitahuan yang memerintahkan penyelidikan, Jaksa Agung Dappula de Livera mengatakan komisi penyelidikan yang ditunjuk oleh Presiden Maithripala Sirisena telah menemukan petugas bertanggung jawab atas kelalaian pidana.
Kesembilan personil itu adalah perwira senior di distrik tempat serangan dilakukan.
Pihak berwenang telah mengakui bahwa peringatan yang dikirim oleh tetangga India tentang serangan yang akan datang oleh kelompok lokal, Jama’ah Tauhid Nasional(NTJ) diabaikan.
Empat puluh lima warga negara asing termasuk di antara yang tewas dan 500 orang terluka dalam serangan itu. Sejumlah tempat wisata telah dimasukkan dalam keadaan darurat sejak itu.
Badan Intelijen Negara Sri Lanka (SIS) telah dikritik karena gagal menindak peringatan India.
Sirisena, yang juga menteri pertahanan dan menteri hukum dan ketertiban, juga menghadapi tuduhan bahwa dia seharusnya bisa mencegah serangan tersebut.
Presiden menolak penyelidikan parlemen atas serangan itu dan memerintahkan polisi untuk tidak bersikap kooperatif. Namun persidangan telah berjalan dan polisi telah bersaksi di hadapan para legislator. (Althaf/arrahmah.com)