LONDON (Arrahmah.id) – WhatsApp menuduh perusahaan mata-mata ‘Israel’ Paragon Solutions menargetkan hampir 100 jurnalis dan anggota masyarakat sipil dengan perangkat lunak peretasan, menurut laporan dari The Guardian.
Aplikasi pengiriman pesan yang dimiliki oleh Meta ini telah memberitahukan individu yang terkena dampak dan menyatakan bahwa pihaknya memiliki “keyakinan tinggi” bahwa perangkat mereka telah disusupi melalui spyware yang dikembangkan oleh Paragon.
WhatsApp dikabarkan telah mengirimkan surat penghentian dan penghentian kepada perusahaan tersebut dan sedang mempertimbangkan tindakan hukum.
Masih belum jelas klien pemerintah mana yang memerintahkan serangan tersebut, karena perangkat lunak mata-mata Paragon dipasarkan untuk penggunaan negara. Pakar keamanan menggambarkan pelanggaran tersebut sebagai serangan “tanpa klik”, yang berarti korban tidak perlu berinteraksi dengan tautan berbahaya untuk terinfeksi. WhatsApp yakin vektor serangan tersebut adalah file PDF berbahaya yang dikirim ke obrolan grup.
Spyware Paragon, yang dikenal sebagai Graphite, memiliki kemampuan yang mirip dengan perangkat lunak Pegasus yang terkenal, yang memungkinkan akses penuh ke perangkat yang terinfeksi, termasuk pesan yang dienkripsi.
“Perusahaan yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri ‘Israel’ Ehud Barak ini baru-baru ini menjadi bahan pemberitaan media di ‘Israel’, setelah dilaporkan bahwa grup tersebut dijual ke perusahaan ekuitas swasta AS, AE Industrial Partners, seharga $900 juta”, menurut Guardian.
The Guardian juga melaporkan bahwa Paragon menegaskan bahwa mereka hanya menjual produknya kepada pemerintah yang demokratis dan tidak berbisnis dengan negara-negara yang sebelumnya dituduh melakukan penyalahgunaan spyware, termasuk Yunani, Polandia, Hungaria, Meksiko, dan India. Perusahaan tersebut menolak mengomentari tuduhan tersebut.
Seorang juru bicara WhatsApp menyatakan: “WhatsApp telah menghentikan kampanye spyware oleh Paragon yang menargetkan sejumlah pengguna termasuk jurnalis dan anggota masyarakat sipil.”
“Kami telah menghubungi langsung orang-orang yang kami yakini terkena dampak. Ini adalah contoh terbaru mengapa perusahaan spyware harus bertanggung jawab atas tindakan ilegal mereka. WhatsApp akan terus melindungi kemampuan orang untuk berkomunikasi secara pribadi,” kata juru bicara tersebut.
John Scott-Railton, peneliti senior di Citizen Lab di Universitas Toronto, dikutip oleh Guardian yang mengonfirmasi bahwa kelompok tersebut membantu WhatsApp dalam mengidentifikasi metode serangan dan diharapkan akan merilis laporan dengan rincian lebih lanjut.
Pengungkapan ini muncul tak lama setelah WhatsApp memenangkan pertarungan hukum melawan NSO Group, firma mata-mata ‘Israel’ lainnya.
Seorang hakim California memutuskan bahwa NSO bertanggung jawab atas peretasan 1.400 pengguna WhatsApp pada 2019, melanggar undang-undang peretasan AS dan ketentuan layanan platform. (zarahamala/arrahmah.id)