JAKARTA (Arrahmah.com) – Momentum Arafah dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara Indonesia yang saat ini tengah terpuruk. Penegakan hukum yang dicederai oleh tindakan penyuapan terhadap hakim merupakan teguran agar bangsa kita dapat bangkit dari ancaman kebinasaan berjamaah.
Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir menjelaskan, umat Islam yang tidak menjalankan ibadah haji, bisa memanfaatkan momentum Arafah ini.
“Gonjang-ganjing tentang Mahkamah Konstitusi dan Bunda Putri telah menggegerkan negara kita. Dengan momentum Arafah, kita bisa memperbaiki itu semua,” ujar Bachtiar Nasir
Padang Arafah sebagai tempat berkumpulnya jutaan jamaah haji dari berbagai negara. Dia juga menjadi lokasi bagi puncak pelaksanaan ibadah haji. Spirit arafah menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya adalah sama di hadapan Allah SWT. Esensi paling dalam adalah, mereka yang melakukan wukuf di Arafah akan dibebaskan dari siksaan api neraka.
Menurut Bachtiar Nasir, sebelum menghadapi pengadilan yang sesungguhnya di Padang Mahsyar, rakyat Indonesia harus memanjaatkan ampunan dan menyesali atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Spirit Arafah harus menjadi pembuktian bagi para hakim di Indonesia untuk menegakkan hukum dengan adil, tidak memihak siapa pun yang membayar.
“Para hakim di Indonesia harus mengambil contoh spirit Nabi Ibrahim yang berani mengurbankan anaknya, Nabi Ismail, atas landasan ketakwaan kepada Allah. Lalu, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba,” jelasnya.
Wukuf di Padang Arafah merupakan puncak peribadatan haji. Tidak bisa dikatakan haji, jika tidak melaksanakan wukuf. Kalau yang lain dapat diganti hari atau diganti dam, maka wukuf di arafah tidak bisa diganti.
Hari Arafah merupakan hari yang mulia di tempat yang mulia. Oleh karena itu, umat Islam harus menjadikan momentum arafah ini untuk banyak-banyak memanjatkan doa. Memanjatkan doa penuh dengan rasa harap dan takwa.
“Allah swt membanggakan orang-orang yang wukuf di arafah di hadapan malaikat. Orang-orang yang wukuf di arafah meninggalkan negeri-negeri mereka untuk melakukan wukuf di arafah,” kata Ustadz Bachtiar.
Arafah sendiri memiliki sejarah sebagai tempat dipertemukannya kembali Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Kata arafah berasal dari kata ijtama’a dan i’tarafa yang berarti dipertemukan kembali dan diperkenalkan kembali setelah selama 100 tahun dipisahkan Allah.
“Rasulullah pernah menunjukkan tempat wukuf di lereng bukit jabal rahmah, ini lah wilayah wukuf kalian, mulai dari sudut pandang sejarah, ada keistimewaan tempat padang arafah dan sejarahnya,” tambah UBN.
Sekjen MIUMI ini lebih lanjut menjelaskan, umat Islam yang tidak sedang berada di Padang Arafah, tetap bisa melakukan amal ibadah yang sama. Mereka bisa memanjatkan doa dan senantiasa berdizikir. Bachtiar mengingatkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha dekat dengan hamba-hambaNya meski pun tidak sedang berada di Padang Arafah.
“Saya ingin mengucapkan selamat idul adha kepada seluruh umat Islam di Indonesia. Saya juga mendoakan semoga jamaah haji Indonesia mendapatkan haji yang mabrur, mudah-mudahan jamaah haji kembali dalam keadaan lebih baik,” terangnya.
Ustadz Bachtiar Nasir juga berharap pemerintah menggunakan memontem arafah untuk menyelenggarakan negara secara amanah. Pejabat negara yang tengah menunaikan haji, bisa menjalankan kehidupannnya yang lebih baik lagi, setibanya di tanah air.
(miumi/arrahmah.com)