MADRID (Arrahmah.id) – Madrid telah memulangkan dua wanita Spanyol yang menikah dengan anggota ISIS, menerbangkan mereka pulang dari kamp jihadis di Suriah dengan 13 anak, kata pemerintah pada Selasa (10/1/2023).
Mereka tiba di bandara militer Torrejon de Ardoz dekat Madrid pada Senin malam (9/1), hampir dua bulan setelah pemerintah Spanyol setuju memulangkan mereka.
“Pemerintah baru saja memulangkan dua wanita dan 13 anak Spanyol di bawah umur dari kamp pengungsi Suriah,” ungkap kementerian luar negeri.
Kedua wanita itu ditangkap pada saat kedatangan dan akan dibawa ke hadapan hakim di Audiencia Nacional, pengadilan pidana tertinggi Spanyol.
Seorang juru bicara pengadilan mengonfirmasi para wanita itu akan hadir di pengadilan pada Rabu pagi (11/1) atas “tuduhan terkait terorisme”.
Ke-13 anak itu dibawa ke layanan sosial wilayah Madrid, katanya.
Kementerian mengatakan ekstradisi telah memakan waktu “beberapa bulan” karena “kompleksitas (operasi) dan karena situasi berisiko tinggi di kamp-kamp Suriah”.
Surat kabar El Mundo mengatakan kedua wanita itu tiba dengan sembilan anak mereka, berusia antara 3 dan 15 tahun, harian El Pais mengatakan empat lainnya adalah yatim piatu yang diasuh oleh salah satu wanita.
Selama dekade terakhir, ribuan orang di Eropa melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, membawa istri dan anak-anak mereka untuk tinggal di “kekhilafahan” yang didirikan di wilayah yang direbut di Irak dan Suriah.
Sejak kekhilafahan jatuh pada 2019, kembalinya anggota keluarga milisi yang ditangkap atau dibunuh telah menjadi masalah pelik bagi negara-negara Eropa.
Salah satu wanita yang kembali dilaporkan menikah dengan seorang anggota ISIS yang saat ini dipenjara di Suriah, sementara yang lainnya adalah seorang janda.
Para wanita itu akan menghadapi tuduhan bekerja sama dengan organisasi teror karena diduga membantu ISIS. Jika terbukti bersalah, mereka menghadapi hukuman lima tahun penjara.
Spanyol pada November setuju untuk memulangkan tiga wanita, tetapi wanita ketiga – yang menurut El Mundo adalah seorang guru dari Ceuta, salah satu dari dua kantong Spanyol di Afrika Utara – tidak dapat ditemukan, kata surat kabar itu.
Para wanita itu telah ditahan di berbagai kamp penahanan di Suriah sejak 2019.
Mereka mengatakan bahwa mereka ditipu oleh suami mereka untuk pergi ke Suriah dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan jihad apa pun, lapor surat kabar El Pais pada November.
Spanyol juga setuju untuk memulangkan seorang wanita Maroko yang menikah dengan seorang jihadis Spanyol yang meninggal, bersama ketiga anaknya, tetapi keluarganya melarikan diri dari kamp penahanan dekat Irak pada 2020 dan keberadaan mereka tidak diketahui sampai sekarang.
Belgia, Prancis, Jerman, dan Belanda juga telah memulangkan kerabat para jihadis. (zarahamala/arrahmah.id)