MOGADISHU (Arrahmah.com) – Perdana Menteri pemerintahan munafik Somalia, Abdirashid Ali Sharmarke mengatakan pemerintahannya tengah melakukan operasi pencarian sekitar 300 pejuang asing yang bergabung dengan Al-Shabaab, terutama yang berasal dari Eritrea.
“Aku meyakini para tentara asing tersebut bersembunyi di negeri ini dan membantu aksi Al-shabaab, untuk membuat kekacauan di sini” ujar Sharmarke.
Inter-Governmental Authority on Development (IGAD) yang beranggotakan enam negera Afrika, Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan dan Uganda, telah menekan PBB untuk melakukan blokade laut dan udara untuk menghalangi masuknya tentara asing dan persenjataan ke Somalia yang digunakan Al-shabaab untuk menggulingkan pemerintahan Somalia.
“Donatur yang berasal dari Eritrea memberikan dukungan dana untuk rekrutmen, pelatihan dan mensuplai kegiatan di dalam atau untuk Somalia,” tuduhnya.
“Kami punya cukup bukti bahwa Eritrea mensuplai senjata untuk militan Somalia.”
Tuduhan tersebut ditolak oleh Eritrea dan mengatakan blokade tidak akan berhasil membawa perdamaian di negeri tersebut.
“Kami tidak ingin menginterfensi dan kami tidak ingin melihat terorisme berlaku di Somalia,” ujar Presiden Eritrea, Isaias Afwerki seperti yang dilansir Reuters.
“Itu pekerjaan CIA.”
Perdana Menteri Sharmarke, tetap mengatakan bahwa Al-Shabaab dan sekutunya tidak memiliki kekuatan politik.
“Al-Shabaa dan tentara asing tidak akan pernah memerintah negeri ini,” ujarnya.
Padahal faktanya saat ini Al-Shabaab telah menguasai dan mengontrol banyak kota di Selatan Somalia dan pusat Somalia, lebih banyak dibandingkan dengan yang dipegang oleh pemerintah Somalia.
Berjuang bersama Hizbul Islam dan tentara bantuan dari luar negeri, mereka memerangi tentara pemerintah dan tentara Uni Afrika di Mogadishu.
Para mujahidin tersebut menyerang basis-basis militer Uni Afrika.
Mujahidin menolak untuk merebahkan senjata mereka dan telah menetapkan untuk terus berjuang mengangkat senjata demi tegaknya Syariat Islam di negeri tersebut.
Propaganda demi propaganda yang berkembang dan menggembosi perjuangan Al-Shabaab serta kelompok jihad lain di Somalia, tak lain hanyalah akal-akalan para munafikin agar dunia semakin membenci kelompok jihad dan mengukuhkan bahwa mereka melakukan kegiatan “teroris” di negeri tersebut.
Hal ini dilakukan karena pemerintah Somalia yang didukung tentara Uni Afrika tak lagi mampu menghalau gerak mujahidin. (haninmazaya/arrahmah.com)