MOGADISHU (Arrahmah.id) — Pemerintah Somalia menyatakan telah membunuh 1.650 anggota kelompok militan asy Syabaab dan melukai lebih dari 550 lainnya dalam dua bulan terakhir selama beberapa operasi militer di wilayah tengah-selatan.
Setidaknya 19 anggota militan tingkat tinggi termasuk di antara mereka yang tewas dalam operasi baru-baru ini di negara Tanduk Afrika tersebut, ungkap dokumen yang diterbitkan oleh Kantor Berita Nasional Somalia (SONNA) pada hari Rabu (4/10/2023).
Ini adalah jumlah korban terbesar dari pihak asy Syabaab yang dilaporkan sejak operasi militer melawan kelompok tersebut dimulai akhir tahun lalu.
Pengumuman tersebut disampaikan sehari setelah Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS) mengatakan bahwa kontingennya di Burundi dan Uganda telah melancarkan serangan militer gabungan dengan Tentara Nasional Somalia, yang menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan asy Syabaab.
Operasi tersebut diikuti dengan serangan darat dan artileri untuk mengusir asy Syabaab dari tempat persembunyian mereka di Hutan Ali Foldhere.
Hutan tersebut telah menjadi lokasi strategis bagi asy Syabaab di mana mereka merencanakan serangan mematikan dan menyembunyikan amunisi, termasuk kendaraan bermuatan bahan peledak, menurut Komandan Pasukan ATMIS Letnan Jenderal Sam Okiding.
Somalia telah dilanda ketidakamanan selama bertahun-tahun, dengan ancaman utama berasal dari asy Syabaab dan kelompok militan Islamic State (ISIS).
Sejak tahun 2007, asy Syabaab telah memerangi pemerintah Somalia dan Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS), sebuah misi multidimensi yang disahkan oleh Uni Afrika dan diamanatkan oleh Dewan Keamanan PBB.
Kelompok militan yang berafiliasi dengan al Qaeda itu telah meningkatkan serangan sejak Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud, yang terpilih untuk masa jabatan kedua tahun lalu, menyatakan “perang habis-habisan” terhadap asy Syabaab. (hanoum/arrahmah.id)