Oleh Ai Siti Nuraeni
Pegiat Literasi
Baznas Kabupaten Bandung menggelar Safari Ramadhan di beberapa kecamatan dengan tajuk “Membasuh Luka Palestina.” Pada momen ini dihadirkan penceramah Syekh Ali Issa Moussa yang merupakan warga asli negara tersebut. Ia menyampaikan perkembangan terakhir di sana dengan maksud agar tumbuh rasa solidaritas dan ukhuwah islamiyah dari Muslim Indonesia sehingga mau membantu penggalangan dana bantuan. Dalam acara itu juga dilakukan distribusi bantuan pendidikan untuk anak-anak dan sembako untuk guru-guru serta masyarakat yang kurang mampu. (Ketik.co.id,11/3/2025)
Penjajahan Israel atas Palestina telah menyita perhatian dunia hingga hari ini, Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan sekitar 48.577 orang meninggal dan 112.041 orang terluka sejak 7 Oktober 2023 hingga 17 Maret 2025. Jumlah ini masih memungkinkan bertambah karena banyak warga terjebak di reruntuhan bangunan yang belum ditemukan. Sementara bangsa Yahudi itu sendiri menegaskan tidak akan melanjutkan gencatan senjata dan tetap akan meneruskan penyerangan. Mereka pun mengahalangi bantuan kemanusiaan yang hendak masuk, memutus aliran listrik untuk proyek desalinasi air laut sehingga krisis air bersih pun semakin bertambah parah.
Donasi merupakan perbuatan yang mulia, terlebih jika itu ditujukan untuk membantu sesama manusia yang sedang dalam kesulitan. Agama ataupun norma masyarakat manapun akan menganggapnya sebagai perbuatan yang terpuji dan patut diteruskan. Bahkan Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia oleh Charities Aid Foundation (CAF). Namun sayang, ini hanyalah solusi jangka pendek yang bisa dilakukan, terlebih dalam permasalahan penjajahan Palestina, yang dipastikan tidak akan pernah selesai hanya dengan pemberian bantuan dana.
Konflik yang terjadi di Palestina adalah penjajahan atau perebutan tanah secara paksa oleh Israel dari warga setempat sebagai pemilik sahnya. Penjajah itu tidak segan melakukan serangan dengan menggunakan rudal, bom, senjata kimia, tank baja juga pistol dan sejenisnya. Mereka tidak segan menyerang warga sipil juga tentara yang tidak memiliki persenjataan yang lengkap, termasuk anggota Hamas yang melakukan perlawanan dengan senjata seadanya.
Pengiriman bantuan berupa obat-obatan, makanan dan pakaian pun dipersulit karena negara zionis itu tidak akan membiarkan masuk dengan mudah. Selain itu, kita pun tidak bisa menutup mata bahwa tindakan ini bukan solusi hakiki.
Maka yang dibutuhkan oleh warga Palestina adalah kerjasama dari para pemimpin negeri muslim untuk mengirimkan tentaranya dan membela mereka dari serangan zionis. Namun sayang, hal itu masih sebatas ilusi dalam dunia yang didominasi kapitalisme saat ini. Sekat nasionalisme telah berhasil membuat setiap negara mementingkan urusan mereka sendiri. Semua takut jika berani membantu maka negaranya akan ikut diserang penjajah dan pendukungnya yaitu Amerika Serikat.
Dominasi AS dalam ekonomi dunia juga telah mengikat banyak negara dengan berbagai perjanjian yang tidak bisa dilanggar. Karena itu, banyak wilayah yang tidak mandiri secara ekonomi dan bergantung pada perjanjian internasional meski itu dengan kafir penjajah. Selain itu, keterlibatan AS dalam pemilihan pemimpin di negeri kaum muslim telah berhasil membuat pemerintahan dipimpin oleh antek-antek Barat yang hanya membuat keputusan sesuai kehendaknya. Maka mereka tidak akan membuat keputusan untuk melawan tuannya. Itulah sebabnya kita tidak bisa berharap dapat mengakhiri penjajahan di Palestina pada sistem yang berlaku saat ini.
Solusi satu-satunya adalah dikirimkannya bala tentara yang bisa membalas serangan Israel dengan segala jenis senjatanya. Hal itu sangat mungkin dilakukan jika persatuan umat Islam sedunia terwujud. Dengan bersatu, ukhuwah Islamiyah akan terjalin erat. Apa yang menimpa Palestina akan menjadi tugas umat Islam untuk segera menyelesaikannya. Karena Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya:
“Berpeganglah kalian semuanya pada tali (agama) Allah dan janganlah kalian bercerai-berai….’(Q.S Ali Imran ayat 103)
Adapun persatuan umat Islam itu hanya bisa diwujudkan dalam Daulah Islam yang telah diwajibkan dalam ijmak sahabat setelah zaman kenabian berakhir. Bahkan ini menjadi kewajiban paling penting, karena tanpanya kewajiban Islam lainnya tidak bisa diterapkan, kondisi muslim di seluruh dunia pun akan tetap terzalimi tanpa ada yang mampu melindungi. Banyak orang yang ingin membantu Palestina tapi tidak ada satu komando yang bisa memimpin misi pembebasan ini.
Padahal jika itu ada, pembebasan Palestina bisa dilakukan seberat apapun hambatannya. Fakta tersebut pernah terjadi di masa lalu, saat dunia dipimpin oleh seorang khalifah. Sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab ra. pada tahun ke 16 hijriyah. Beliau mengutus Khalid bin Wallid melakukan pembebasan ke Damaskus dan Baitul Maqdis yang saat itu masih dikuasai Romawi sehingga keduanya bisa masuk wilayah Islam. Bahkan Patriark Sophronius menyerahkan kekuasaanya sendiri pada Umar dengan suka rela.
Palestina juga pernah dikuasai oleh tentara salib yang menyebabkan penduduknya menderita selama 90 tahun dibawah kekuasaan kaum Nasrani itu. Namun Shalahuddin Al-Ayyubi yang saat itu menjabat sebagai Khalifah berhasil menyatukan kembali daerah Islam yang sebelumnya berselisih madzhab dan bersekutu dengan kaum Kristiani. Dengan begitu beliau bisa menghimpun kekuatan yang besar dalam menghadapi kaum salibis.
Kedua contoh sejarah itu harusnya membuat kita semakin yakin bahwa pembebasan Palestina dan muslim lainnya dari kezaliman bukanlah mimpi jika Daulah Islam itu bisa diwujudkan. Oleh karena itu, tugas kita dalam misi pembebasannya tidak dicukupkan dengan menghimpun dana bantuan, melainkan juga menghimpun kekuatan agar umat Islam kembali bersatu.
Wallaahu a’lam bish shawwab