SIDOARJO (Arrahmah.com) – Setelah sempat ditutup sekitar dua bulan terkait insiden penembakan yang berakibat tewasnya seorang guru ngaji, Riyadhus Sholihin, oleh oknum polisi, kemarin kafe tersebut buka kembali dengan aktivitas normal.
Karena jengkel kafe Ponti buka lagi, massa dari Solidaritas Pemuda Nahdliyyin (Sopan) untuk Sholikin bersama Banser Ansor Sidoarjo dan keluarga Riyadi Sholihin, mencoreti tembok kafe dengan tulisan bernada kecaman.
Di antara tulisan itu menyebut Ponti adalah neraka, ditutup atau dibakar massa, dan kata-kata kecaman lainnya.
Dalam aksi tersebut, istri Riyadi Sholihin ikut bergabung. Tetapi, saat berada di depan kafe Ponti, dia sempat pingsan dan kemudian dibopong ke dalam mobil.
Aksi dilakukan massa karena pemilik atau managemen kafe tidak bersedia menemui warga pendemo yang keberatan kafe Ponti buka lagi.
Setelah ditelpon petugas, akhirnya dari managemen datang dan menemui keluarga Sholihin dan massa yang sudah memecah satu neon box depan kafe Ponti sisi selatan.
“Kami sangat keberatan dengan bukanya kafe Ponti Rasa Sayang di Sidoarjo,” kata Ketua PC Ansor Sidoarjo Agus Ubaidillah, Senin (6/2/2012) dikutip beritajatim.
Ketua Solidaritas Pemuda Nahdliyyin (Sopan) untuk Sholikin, Muslimin Kholid mempertanyakan mengapa Kafe Ponti masih bisa buka lagi. Apalagi, kafe tersebut selama ini dinilai menyediakan minuman keras (miras).
Bukan hanya itu saja, kafe tersebut dinilai telah menggunakan aset negara karena lahan itu milik Pemkab Sidoarjo.
“Aset negara bukannya untuk hal-hal yang bemanfaat bagi masyarakat. Malah, digunakan untuk tempat hiburan ini kebijakan keliru,” ujar Muslimin.
Menurut Agus Ubaidillah, beroperasinya lagi Kafe Ponti merupakan simbol kesewenangwenangan aparat.
“Beroperasinya kembali Kafe Ponti itu menyakiti hati masyarakat Sidoarjo,” papar Agus.
Sementara itu, Kepala Satpol PP Sidoarjo Drs Mulyawan mengaku sudah mendengar jika kafe itu kembali buka.”Kabarnya sejak tadi (Sabtu) malam sudah buka lagi. Saya sudah memerintahkan anak buah saya untuk mengecek,” ujarnya dikutip Sindo.
Hari Kuncoro pemilik kafe Ponti yang akhirnya bersedia menemui warga, dia meminta maaf. Selanjutnya dirinya akan bersedia berkordinasi dan membicarakan hal ini. Hari juga tidak berani tegas menyatakan akan menutup kafe ini.
“Saya minta maaf atas kejadian yang menimpa Riyadi Sholihin,” tuturnya.
Kafe Ponti ikut menjadi buah bibir akibat dari peristiwa penembakan seorang oknum polisi terhadap guru ngaji bernama Riyadis Sholihin. Sang oknum menembak Sholihin hingga tewas setelah dinilai mabuk sehabis pesta miras di kafe tersebut.
Akibat peristiwa ini, November 2011, Tim gabungan polisi, satuan polisi pamong praja, serta Garnisun menutup Kafe Ponti di Jalan Lingkar Barat Sidoarjo, Jawa Timur ini. Setelah alpa dari perhatian masyarakat, rupanya, kafe ini berusaha buka kembali. (hid/arrahmah.com)