DAMASKUS (Arrahmah.id) – Ribuan warga Suriah turun ke jalan di berbagai daerah, termasuk Damaskus, Suweida, Daraa, Hama, Tartus, dan Aleppo, pada hari Jumat untuk mengecam serangan “Israel” yang berulang dan menunjukkan solidaritas dengan Jalur Gaza, yang telah mengalami pembantaian oleh Tel Aviv selama sekitar satu setengah tahun.
Menurut laporan dari kantor berita resmi Suriah, SANA, alun-alun Al-Karama di provinsi Suweida menyaksikan aksi protes yang mengutuk serangan “Israel” terhadap wilayah Suriah. Aksi tersebut diadakan “sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan kepada jiwa para syuhada yang gugur akibat serangan oleh penjajah “Israel” di kawasan hutan Bendungan Al-Jibailiya, di barat provinsi Daraa.”
Provinsi Daraa juga menjadi pusat aksi protes, dengan demonstrasi yang berlangsung di kota Daraa dan beberapa desa, sebagai bentuk penolakan terhadap serangan “Israel” dan untuk mengenang para korban.
Di pinggiran Damaskus, demonstrasi besar-besaran diadakan di Ma’damiya al-Sham dan Qatana, menolak campur tangan asing dalam urusan dalam negeri dan mengecam serangan “Israel.” Di Masyaf, di pinggiran Hama, ratusan warga menggelar aksi solidaritas untuk mendukung keluarga para syuhada di Daraa dan menentang serangan “Israel” di wilayah Suriah.
Di pantai Suriah, ratusan orang berkumpul di pusat kota Tartus sebagai ungkapan solidaritas dengan para syuhada Daraa dan untuk menegaskan persatuan rakyat Suriah. Para peserta demonstrasi mengibarkan bendera Suriah dan spanduk yang menentang agresi “Israel,” seperti “Entitas yang zalim (Israel): Mungkin kami tidak memiliki infrastruktur, tetapi kami memiliki kemauan,” dan “Wahai Daraa, kami bersamumu sampai mati.”
Sebelumnya, sembilan warga sipil dilaporkan tewas akibat serangan “Israel” di hutan Bendungan Al-Jibailiya di pinggiran Daraa, menurut pernyataan dari provinsi melalui Telegram. Kementerian Luar Negeri Suriah menyatakan bahwa pasukan “Israel” melancarkan serangan di lima lokasi di seluruh negeri dalam waktu 30 menit pada malam Rabu, yang menyebabkan hampir total penghancuran Bandara Militer Hama.
Suriah menekankan bahwa “Israel” merusak upaya pemulihan di Suriah pasca-perang dan mendesak masyarakat internasional untuk menekan Tel Aviv agar menghentikan agresi mereka dan mematuhi perjanjian pemisahan pasukan yang ditandatangani pada tahun 1974. Meskipun pemerintahan Suriah yang baru di bawah Ahmad al-Sharah tidak mengancam “Israel,” Tel Aviv telah melakukan serangan udara hampir setiap hari selama berbulan-bulan, menyebabkan jatuhnya korban di kalangan warga sipil serta menghancurkan lokasi militer dan sumber daya Angkatan Bersenjata Suriah.
Pada 8 Desember 2024, kelompok-kelompok Suriah berhasil menguasai negara tersebut, mengakhiri 61 tahun kekuasaan Partai Ba’ath dan 53 tahun kekuasaan keluarga Assad, termasuk 24 tahun di mana Bashar al-Assad menjabat sebagai presiden (2000-2024).
Dalam konteks tersebut, kelompok Working Group for Palestinian Refugees in Syria melaporkan bahwa “puluhan warga Palestina dari Kamp Yarmouk di Damaskus ikut serta dalam aksi solidaritas dengan Gaza dan Daraa, di tengah berlanjutnya pelanggaran oleh “Israel” terhadap kedua rakyat tersebut.” Para demonstran menekankan “persatuan perjuangan melawan penjajahan, dan penolakan terhadap kebijakan penindasan dan pengusiran.”
Di Kamp Khan Dannun di pinggiran Damaskus, puluhan pengungsi Palestina mengadakan aksi solidaritas, mengibarkan bendera Palestina dan Suriah, serta spanduk yang mengecam agresi “Israel” dan menyerukan penghentian pembantaian terhadap warga sipil di Gaza dan Daraa.
Para aktivis di media sosial membagikan video aksi protes yang diikuti oleh puluhan pengungsi Palestina di Kamp Al-Nairab di kota Aleppo, sebagai bentuk solidaritas dengan Jalur Gaza dan penolakan terhadap serangan “Israel” yang berulang di wilayah Suriah.
Sejak 7 Oktober 2023, “Israel” telah melakukan pembantaian di Gaza dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, yang mengakibatkan lebih dari 165 ribu korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta lebih dari 11 ribu orang dinyatakan hilang.
Gaza terus mengalami eskalasi militer dari pihak “Israel,” di tengah kondisi kemanusiaan dan kesehatan yang semakin memburuk, dengan Tel Aviv memberlakukan blokade total, mengabaikan semua seruan internasional untuk mencabut blokade tersebut.
(Samirmusa/arrahmah.id)