IDLIB (Arrahmah.com) – Pejuang oposisi yang didukung Turki telah menarik sebagian besar senjata dari wilayah di sekitar kubu oposisi terakhir di Suriah sebelum batas waktu yang telah ditentukan, ujar laporan kelompok pemantau.
Penarikan senjata itu merupakan ujian besar pertama dari “kesepakatan gencatan senjata” yang diperantarai oleh Rusia dan Turki yang diklaim untuk “menghindari” apa yang dikatakan oleh PBB sebagai serangan besar oleh rezim Asad yang bisa mengakibatkan konsekuensi kemanusiaan mengerikan.
Berdasarkan perjanjian tersebut, semua kelompok oposisi memiliki tenggat waktu hingga hari ini (10/10/2018) untuk menarik semua persenjataan berat mereka dari zona penyangga di sepanjang garis depan di provinsi Idlib dan daerah-daerah yang berdekatan di barat laut, lansir Al Arabiya.
Pada Senin mendatang, Hai’ah Tahrir Syam (HTS), aliansi Mujahidin yang dipimpin oleh Jabhah Fath Syam, menurut kesepakatan itu harus mundur dari Idlib. Namun, hingga saat ini mereka belum berkomentar mengenai kesepakatan tersebut.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), sebuah kelompok pemantau yang berbasis di Inggris mengatakan penarikan senjata berat itu hampir selesai pada Selasa (9/10).
“Zona penyangga sekarang hampir kosong dari senjata berat pada malam menjelang berakhirnya tenggat waktu,” ujar Rami Abdurrahman, Direktur SOHR.
Front Pembebasan Nasional (NLF), kelompok oposisi pro-Turki mengatakan pihaknya telah selesai menarik senjata beratnya pada Senin (8/10).
Zona penyangga tersebut diklaim akan dipatroli oleh pasukan Turki di satu sisi dan polisi militer Rusia di sisi yang lain. (haninmazaya/arrahmah.com)