DAMASKUS (Arrahmah.com) – Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) mengatakan bahwa serangan kimia yang didokumentasikan di Suriah telah berjumlah hampir 221 serangan sejak 23 Desember 2012, tanggal penggunaan pertama senjata kimia yang tercatat di negara itu, hingga 4 April.
Pernyataan itu mengatakan bahwa rezim Suriah bertanggung jawab atas 216 serangan kimia, sebagian besar di provinsi pedesaan Damaskus dan Idlib.
Pernyataan itu menunjukkan bahwa serangan-serangan ini menewaskan sedikitnya 1.461 orang, yang semuanya tewas dalam serangan oleh rezim Suriah. Mereka dibagikan sebagai berikut 1.397 warga sipil, termasuk 185 anak-anak, 252 wanita, 57 pejuang oposisi bersenjata dan tujuh tahanan rezim Suriah yang berada di penjara oposisi.
Menurut laporan itu, serangan kimia melukai setidaknya 9885 orang..
Pembantaian kimia besar-besaran di Suriah terjadi di distrik Ghautah dan Syam timur pada 21 Agustus 2013, di mana lebih dari 1.400 warga sipil tewas, dan banyak lainnya, kebanyakan anak-anak dan wanita, terkena dampaknya.
Rezim Suriah melakukan pembantaian kimia terbesar kedua pada 4 April 2017 di kota Khan Shaykhun, di pedesaan provinsi Idlib, yang mengakibatkan pembunuhan lebih dari 100 warga sipil. Pada 7 April tahun lalu, pasukan Asad melakukan pembantaian senjata kimia baru di Ghautah timur, menewaskan 78 warga sipil, kebanyakan anak-anak dan wanita.
Menyusul pembantaian Ghatuah pertama pada 2013, dan sebagai akibat dari tekanan internasional yang besar, rezim Asad setuju untuk menyerahkan dan menghancurkan gudang senjata tersebut di bawah pengawasan Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW).
Namun demikian, rezim Asad terus menggunakan senjata kimia kemudian, yang menyebabkan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia menyatakan bahwa Asad tidak mengirimkan seluruh persenjataan bahan kimianya.
(fath/arrahmah.com)