DAMASKUS (Arrahmah.com) – Puluhan ribu warga Suriah telah terperangkap ke dalam mesin penangkapan sistematis yang tidak hanya aktivis atau mereka yang menjadi bagian dari pemberontakan populer, keluarga mereka juga ditargetkan, namun sebagian besar dari mereka yang ditargetkan hanya berdasarkan pada kecurigaan atau kekerabatan.
Rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad biasanya menyangkal telah melakukan penangkapan saat orang-orang berusaha keras untuk mengetahui keberadaan orang yang dicintainya. Akibatnya, sebagian besar kasus penangkapan, persentase lebih dari 85%, berubah menjadi penghilangan paksa. Praktik-praktik ini disengaja dan menjadi kebijakan rezim Suriah, lansir Zaman Alwasl pada Kamis (30/8/2018).
Sebuah laporan yang dirilis oleh Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) mencatat bahwa rezim Suriah sengaja mengabaikan nasib puluhan ribu tahanan dalam rangka untuk menimbulkan penderitaan pada keluarga mereka. Laporan itu juga mengungkapkan penangkapan sejak Maret 2011, menambahkan bahwa tahun 2012 dan 2013 paling banyak terjadi penangkapan, yang berubah menjadi penghilangan paksa yang bertujuan untuk melemahkan revolusi.
Selain itu, laporan ini mencatat bahwa rezim Asad telah memerintah rakyat Suriah dengan tangan besi, mengirimkan budaya ketakutan yang mematikan. Rezim Suriah tidak pernah menaruh belas kasihan terhadap rakyat atau menunjukkan tanda-tanda kasih sayang untuk perasaan keluarga korban. Laporan menekankan bahwa kebijakan telah kembali ke era Hafez Asad (ayah Bashar Asad), rezim yang bertanggung jawab atas hilangnya sekitar 17.000 warga Suriah sejak insiden kota Hama 1982.
Hal-hal tidak berubah secara dramatis, ujar laporan itu. Selama era anaknya, Bashar Asad, rezim Suriah masih menyembunyikan nasib orang-orang yang menghilang. Bahkan jika seorang tahanan meninggal selama penahanan, rezim Suriah memilih untuk menyembunyikan berita kematian mereka selama bertahun-tahun, hanya untuk menciptakan penderitaan keluarga, dan untuk mengambil keuntungan seperti jaringan mafia, di mana mereka menerima sejumlah uang untuk sedikit informasi yang bahkan merupakan informasi palsu dalam banyak kasus.
Pada Mei 2018, rezim Suriah mulai mengungkap nasib sejumlah besar orang yang hilang dengan merusak data mereka dalam catatan sipil dan terdaftar sebagai orang yang telah meninggal. Ini menimbulkan pertanyaan tentang motif sebenarnya di balik keputusan rezim Asad untuk mengungkapkan nasib sekitar 836 insiden pada waktu seperti ini.
Temuan oleh SNHR mengungkapkan bahwa 82.000 orang secara paksa dihilangkan oleh rezim Asad dan diperkirakan 14.000 orang tewas antara Maret 2011 hingga Agustus 2018 di dalam penjara rezim.
Laporan juga berisi kesaksian para keluarga korban. Sebagian besar keluarga yang dihubungi, telah mengonfirmasi bahwa kerabat mereka berada dalam kesehatan yang baik pada saat penangkapan, dan bahwa mereka tidak mengetahui informasi apa-apa tentang kerabat mereka setelah ditangkap oleh pasukan rezim Suriah.
Menurut laporan, selama ini rezim Suriah belum memberikan jenazah para tahanan yang meninggal. Menurut hukum internasional, semua kasus masih diberlakukan sebagai penghilangan paksa selama individu belum ditemukan, hidup atau mati dan yang menjadi tertuduh utama dalam kejahatan tersebut adalah rezim Asad.
Analisis data dari kasus kematian baru yang diungkapkan oleh rezim Asad menyimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka yang kematiannya diungkap oleh rezim, ditangkap pada tahun 2011 dan 2012. Juga sebagian besar dari mereka berada di dalam Penjara Militer Sadyana, cabang 215, dan cabang 227. (haninmazaya/arrahmah.com)