DAMASKUS (Arrahmah.com) – Sedikitnya 4.759 warga sipil telah terbunuh dalam paruh pertama tahun 2018, termasuk 539 yang terbunuh pada Juni lalu, menurut laporan yang baru dirilis oleh kelompok pemantau, Jaringan Hak Asasi Manusia (SNHR).
Laporan mencatat bahwa sejak didirikannya, SNHR sebagian besar terfokus pada dokumentasi korban yang tewas di tangan pihak-pihak yang terlibat konflik, dan menciptakan database untuk nama korban dan informasi mereka seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, cara pembunuhan, pihak yang bertanggung jawab dan jenis senjata yang digunakan, lansir Zaman Alwasl pada Senin (2/7/2018).
Laporan ini juga menyoroti pola berbagai cara pembunuhan berbeda yang telah didokumentasikan sejak revolusi meletus pada Maret 2011, mulai dari tembakan, serangan udara, dan kematian akibat penyiksaan di pusat penahanan, serangan kimia dan bom cluster dan serangan ranjau darat, serta korban yang meninggal karena hipotermia, kelaparan atau kekurangan obat atau tenggelam saat melarikan diri.
Menurut laporan itu, Juni menyaksikan kenaikan korban sipil yang sangat tajam dibanding dengan Mei, menyoroti ofensif di provinsi Daraa, zona “de-eskalasi” yang disetujui oleh Rusia.
Laporan mencatat bahwa 4.759 warga sipil yang tewas termasuk 1.104 anak dan 798 perempuan tewas dalam paruh pertama tahun 2018 di tangan berbagai pihak dalam konflik Suriah. 3.056 dari mereka, termasuk 616 anak dan 507 perempuan yang dibunuh oleh pasukan rezim Asad, sementara pasukan Rusia membunuh 398 orang termasuk 138 anak dan 79 perempuan. (haninmazaya/arrahmah.com)