ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Dihadapkan dengan perlawanan yang terus meningkat, Pakistan melihat upaya AS untuk ‘menstabilkan’ negara tetangganya, Afghanistan, sebagai bagian penting dari keamanan sendiri. Namun Pakistan cukup khawatir mengenai kemungkinan AS akan gagal dalam menjalankan misi perangnya itu.
Skeptisisme itu menjadi kendala utama yang muncul dalam strategi Washington terhadap Afghanistan, yang juga berisi memfungsikan Pakistan untuk menargetkan Taliban dan jaringan al-Qaidah lainnya yang menggunakan wilayahnya untuk melancarkan serangan lintas batas terhadap pasukan Barat di Afghanistan.
AS mengirim penasehat keamanan nasionalnya, Jenderal James L. Jones, ke Pakistan minggu lalu untuk membahasnya dengan Islamabad sebagai bagian dari strategi perang Obama yang saat ini masih menjadi bahan perdebatan, terutama dalam hal penambahan pasukan sebagaimana yang diajukan oleh komandan AS di Afghanistan.
Para analis mengatakan mereka yakin pemerintah Pakistan mendukung penambahan pasukan tetapi sedikit waspada untuk mengatakannya secara terang-terangan karena semakin meningkatnya sentimen anti-Amerika di negara itu. Beberapa komandan militer Pakistan pun khawatir bahwa penambahan pasukan AS di Afghanistan justru bisa mendorong semakin banyak ‘militan’ masuk ke Pakistan dan menambah rumit permasalahan.
Pada saat yang sama, keraguan tentang komitmen AS di Afghanistan dan prospek kecil kesuksesannya telah membuat Pakistan enggan untuk membantu AS di Afghanistan.
Musyawarah panjang Presiden Barack Obama atas strategi AS di Afghanistan ini pun semakin menjadi kekhawatiran di Pakistan bahwa Washington tidak berkomitmen untuk berperang dan lebih senang mempertimbangkan cara agar mereka bisa keluar secepatnya, kata para analis.
“Saya rasa sangat berbahaya untuk mulai membicarakan strategi keluar pada saat Barat dipandang gagal dan di tengah-tengah persepsi bahwa Taliban menang,” kata Ahmed Rashid, seorang pakar Taliban yang mejadi penasihat Obama di Afghanistan dan Pakistan.
Pakistan dituduh membantu memupuk generasi ‘militan’ Islam pasca Uni Soviet menginvasi Afghanistan tahun 1979. Setelah Soviet mundur satu dekade kemudian, Pakistan membantu Taliban merebut kendali. Banyak anggota Taliban ini melarikan diri ke Pakistan setelah Amerika menginvasi Afghanistan pada akhir 2001.
AS mengatakan bahwa kerjasama Pakistan bahkan lebih penting sekarang karena hal itu merupakan bagian dari strategi darurat yang dimainkan kedua negara (Amerika dan Pakistan) di kedua sisi perbatasan, kata pejabat AS.
Washington ingin Pakistan untuk menargetkan jaringan al-Qaidah jaringan dijalankan oleh Jalaluddin Haqqani yang melancarkan serangan terhadap pasukan AS di Afghanistan timur dari wilayah Waziristan di Pakistan, kata para pejabat militer AS.
AS akan meningkatkan serangan bom terhadap para militan di sisi perbatasan Afghanistan, tambah mereka.
Bahkan jika saja Pakistan memutuskan untuk menargetkan Taliban yang melancarkan serangan di Afghanistan, kemungkinannya sangat kecil karena Pakistan pun kekurangan sumber daya dalam melancarkan serangan ofensif besar-besaran terhadap Taliban di Waziristan Selatan, kata Hasan Askari Rizvi, penulis beberapa buku tentang militer Pakistan.
Taliban di Waziristan Selatan telah menyatakan perang terhadap pemerintah Pakistan.
Banyak pejabat pemerintah Pakistan pun yakin bahwa kegagalan AS di Afghanistan dapat merugikan keamanan internal negaranya, kata Mahmud Syah, mantan kepala semiotonomi daerah kesukuan dekat perbatasan Afghanistan.
“Stabilitas Afghanistan tidak lain adalah untuk kepentingan Pakistan,” kata Shah.
Penarikan mundur pasukan AS pun dikhawatirkan akan membuat Taliban lebih mudah untuk mengambil alih sebagian besar Afghanistan selatan dan timur yang dekat perbatasan Pakistan, kata analis pertahanan Talat Masood. Apalagi sejauh ini, Taliban telah memegang kendali atas sebagian besar wilayah tersebut. Namun menurut Masood, tidak adanya pasukan AS akan memungkinkan mereka untuk memperluas jangkauan mereka dan beroperasi tanpa hambatan.
“Akan lebih sulit bagi Pakistan untuk kemudian memerangi mereka (Taliban) karena mereka akan selalu menemukan Afghanistan sebagai tempat perlindungan,” kata Masood.
Intinya, beberapa pejabat Pakistan mengatakan AS harus menambah lebih banyak tentara dan jatuhnya lebih banyak korban adalah sebuah kewajaran jika ingin memenangkan perang.
Pada saat yang sama, para pejabat Pakistan lainnya telah menyuarakan keprihatinan bahwa tambahan tentara AS untuk dikirim ke Afghanistan selatan bisa mendorong ‘militan’ menyeberang batas dan memasuki daerah-daerah pedalaman Pakistan dan provinsi Baluchistan.
Selain itu, rencana AS untuk menutup pos mereka di dekat perbatasan dan beberapa titik di wilayah yang [adat dengan penduduk di Afghanistan juga telah memicu kekhawatiran bahwa Taliban akan lebih mudah bergerak di antara kedua negara.
Kekhawatiran dan kebimbangan para pejabat dan analis Pakistan itu sayangnya tida menyebabkan mereka berpaling dan memutus ketergantungan terhadap AS. Yang terjadi justru sebaliknya. Mereka justru percaya bahwa AS mempunyai kewajiban untuk bekerja sama dengan pemerintahnya untuk mencegah sejumlah besar ‘militan’ melintasi perbatasan dan masuk ke Pakistan.
“Harus ada pendekatan dan visi bersama,” kata Masood. (althaf/ap/ansr/arrahmah.com)