YERUSALEM (Arrahmah.id) – Putri Menteri Permukiman dan Misi Nasional ‘Israel’, Orit Strook, secara terbuka menuduh orang tua dan saudara laki-lakinya melakukan kekerasan seksual terhadapnya saat ia masih kecil.
“Hai, saya ingin berbagi sesuatu setelah sekian lama menyimpannya. Nama saya Shoshana Strook, dan saya pernah mengalami pelecehan seksual oleh kedua orang tua saya saat masih kecil. Pelecehan seksual itu direkam, yang artinya digunakan untuk pornografi anak,” kata Shoshana Strook dalam sebuah video yang dibagikan di media sosial pada Kamis (10/4/2025).
“Saya merasa kewalahan, saya mengajukan pengaduan polisi terhadap orang tua saya sebelum saya meninggalkan negara ini,” tambahnya.
Menurut laporan, Strook saat ini berada di Italia dan berharap dapat menemukan “tempat di mana ia dapat memperoleh kelegaan.”
Anak Didakwa Atas Penculikan
Salah satu putra Orit Strook, Zviki Strook, telah didakwa melakukan penculikan dan penyiksaan terhadap seorang bocah Palestina berusia 15 tahun pada 2007, menurut laporan Quds News Network (QNN).
Dia dan seorang kaki tangannya memukuli anak laki-laki itu, menelanjanginya, dan meninggalkannya terikat di sebuah ladang. Korban melarikan diri beberapa jam kemudian dengan luka parah.
Laporan itu menambahkan bahwa Zviki juga menendang seekor kambing yang baru lahir hingga mati selama penyerangan itu. Meskipun dijatuhi hukuman dua setengah tahun, ia dibebaskan sembilan bulan lebih awal.
‘Hak’ ‘Israel’
Orit Strook adalah anggota partai Jewish Power sayap kanan dan pendukung setia permukiman Yahudi ilegal ‘Israel’ di Tepi Barat yang diduduki, yang menyerukan aneksasi wilayah tersebut, serta Yerusalem Timur.
Dalam wawancara dengan surat kabar ‘Israel’ Yedioth Ahronoth pada November 2024, yang dikutip oleh kantor berita Anadolu, Strook, yang tinggal di permukiman ilegal, ditanya tentang status masa depan warga Palestina di Tepi Barat di bawah aneksasi.
Strook dilaporkan menghindari memberikan rincian lebih lanjut namun mengklaim, “Setiap orang seharusnya memiliki hak asasi manusia, namun hak nasional di tanah ini hanya akan menjadi milik orang ‘Israel’.”
Penyangkalan terhadap ‘Rakyat Palestina’
Sebelumnya, pada Februari 2024, ia mengatakan dalam pidatonya di sesi Knesset (Parlemen ‘Israel’) bahwa “Tidak ada yang namanya bangsa Palestina.”
Menteri sayap kanan tersebut telah mempromosikan narasi pemerintah ‘Israel’, yang menuduh Hamas melakukan kekerasan seksual pada 7 Oktober untuk membenarkan genosida di Gaza, Anadolu melaporkan. (zarahamala/arrahmah.id)