Oleh Susi Mariam Mulyasari, S.Pd.I
Aktivis Islam Ideologis dan Pegiat Literasi
Selamat kepada anggota dewan wakil rakyat yang terpilih dan sudah sah memangku jabatan tersebut.
Ucapan yang pantas diberikan kepada siapapun yang punya “nyali” untuk berkiprah di panggung politik sebagai wakil rakyat.
Posisinya memang strategis sebagai kepanjangan tangan rakyat yang memilihnya, yang menjadikan kepentingan rakyat menjadi poros segala aktivitas yang akan dilakukannnya selama 5 tahun kedepan.
Nasib rakyat sangat ditentukan salah satunya oleh peran mereka, sebab mereka harus berani mengungkapkan serta menyampaikan seluruh derita dan aspirasi rakyat yang menjadi konstituennya.
Mereka dipilih sebagai perwujudan harapan rakyat yang tak kunjung datang ditengah gejolak kebengisan rezim yang pro terhadap para kapitalis.
Namun, ada hal yang menarik apabila kita lihat penomena yang terjadi baru-baru ini. Tak sedikit wakil rakyat (anggota dewan) yang sudah sah di Lantik sebagai anggota dewan, berbondong pergi ke Bank untuk mendapatkan pinjaman sejumlah dana dengan jaminan SK keterpilihan mereka.
Sekilas tak masalah, sebab itu semua adalah kehendak mereka pribadi sebagai individu yang memiliki kehendak untuk memilih sebuah pilihan.
Namun, kalau kita tinjau dari aspek posisi mereka sebagai wakil rakyat, nampaknya perbuatan mereka tak wajar dilakukan.
Sebab, jangan-jangan mereka ingin menjadi wakil rakyat bukan untuk membela rakyat melainkan untuk mengeruk sejumlah kekayaan yang mereka gunakan sebagai pengganti ongkos politik yang harus dikeluarkan selama pemilu berlangsung.
Ongkos politik pemilu di pesta demokrasi seperti kita ketahui tidaklah murah, setidaknya miliaran rupiah harus mereka keluarkan. Dan ini tidak sepadan dengan gaji yang didapatkan selama menjabat sebagai wakil rakyat.
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh anggota dewan untuk “balik modal”?
Tak lain dengan menghalalkan segala cara yang terpenting balik modal.
Sehingga, kita dapat menyimpulkan bahwa lembaga legislatif/wakil rakyat menjadi lembaga terkorup adalah bukan hisapan jempol semata, melainkan memang demikian.
Apa yang kita harapkan dari wakil rakyat yang terpilih?
Ya, tidak ada yang kita harapkan sebab sejak awal di dalam demokrasi wakil rakyat sudah menjadi bagian dari sistem kapitalis yang disetting sebagai kepanjangan tangan para pemilik modal yang sangat berperan di dalam membuat regulasi untuk kepentingan rakyat.
Alhasil rakyat yang dikorbankan, para wakil rakyat sibuk dengan kepentingannya di sisi lain rakyat menjadi tumbal.
Akan kah kita diam dalam kondisi seperti ini?
Problem utama yang dilanda negeri ini tidak terletak dari gonta-ganti rezim yang menyertainya, melainkan dari keberlangsungan penerapan sistem yang rusak dari fondasi yang melandasi yaitu kapitalisme.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki negeri ini di segenap level dan aspek kehidupan tidak ada cara lain kecuali merubah sistem beserta antek-anteknya dengan sistem yang berlandaskan Islam.
Dengan kata lain Islamlah satu-satunya sistem kehidupan yang mampu memberikan jaminan kesejahteraan dunia dan akhirat.
Sebab, sistem Islam adalah sistem yang diciptakan oleh Dzat yang menciptakan manusia dan alam semesta ini yaitu Allah Swt.
Oleh karena itu, dengan Islamlah akan terlahir tatanan kehidupan yang penuh dengan keberkahan di segenap aspek kehidupan.
Sebagaimana Allah Swt. janjikan bahwa: “Jikalau suatu penduduk beriman dan bertakwa kepada Allah Swt., maka Allah akan membuka keberkahan di langit dan di bumi.” (QS: Al Araf ayat 96)
Oleh karenanya, tidak ada jalan lain untuk memperbaiki negeri ini, kecuali kembali kepada Islam sebagai sistem yang mengatur tatanan kehidupan manusia di segenap aspek kehidupan.
Wallahua’lam bisshawab