International Jihad Analysis (arrahmah) – Ada yang menarik dari pemasangan foto eksklusif Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra di situs Arrahmah.com. Situs dengan semboyan Filter Your Mind Get The Truth ini sempat drop dan sulit diakses untuk beberapa waktu akibat kebanjiran pengunjung.
Selain itu, situs Arrahmah.com menjadi ‘buah bibir’ pelbagai pihak dan media, mulai dari yang pro hingga kontra. Bahkan ada juga yang penuh selidik menelusuri keberadaan situs Arrahmah.com layaknya detektif partikelir.
Semua ini menyiratkan masih kentalnya fenomena Islamophobia di kalangan media massa di satu sisi dan di sisi lain munculnya harapan dari kalangan generasi muda Islam akan sebuah media Islam yang jujur, profesional, dan investigatif.
Berkah Sebuah Foto
Awalnya situs Arrahmah.com memasang foto eksklusif Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra pada hari Ahad, 9 November 2008, menjelang sore hari, sepulang menghadiri pemakaman di Lopang Gede, Serang, Banten.
Sejak itu, pengunjung yang online di situs Arrahmah.com langsung mengalami lonjakan drastis. Pengunjung semakin membludak ketika pemuatan foto eksklusif Asy Syahid Imam Samudra ini di-blow up oleh beberapa situs berita terkemuka seperti Detiknet, Okezone, Vivanews, Inilah, dan lainnya pada keesokan harinya, Senin, 10 November 2008.
Vivanews.com melalui dua orang wartawanya, Nurlis E. Meuko dan Amril Amarullah menurunkan tulisan berjudul Foto Jenazah Imam Samudra Terekspos. Di sisi kiri tulisan tersebut terpampang dengan jelas halaman muka situs Arrahmah.com, dengan foto Asy Syahid Imam Samudra yang bagian wajahnya sudah diblur. Tulisan dengan penunjuk waktu pukul 11.11 WIB ini mengutip pendapat Ahmad Kholid, dari TPM yang mengaku kaget dengan publikasi foto tersebut.
Setengah jam kemudian atau tepatnya pada pukul 11.49 WIB, Vivanews.com kembali menurunkan tulisan yang kali ini berjudul Foto Jenazah Imam Samudra Tim Pembela Muslim Akui Kecolongan.
Dalam tulisan tersebut, Amril Amarullah, kembali memuat pendapat Ahmad Kholid dari TPM yang mengatakan : “Bila memang benar wajah Amrozi pasca eksekusi muncul di sebuah situs, jelas kami kecolongan,” ujar anggota Tim Pengacara Muslim Ahmad Kholid saat di hubungi VIVAnews, Senin, 10 November 2008.
Menurut dia, jangankan media massa, polisi ataupun jaksa saja tidak diperbolehkan mengambil apalagi sampai mempublikasikan wajah ketiga terpidana mati Amrozi, Imam Samudra dan Ali Ghufron. “Sebelum dieksekusi baik keluarga maupun ketiga terpidana meminta untuk tidak dipublikasikan. Tapi kenapa bisa muncul,” jelas Ahmad Kholid.
Dalam kedua tulisan yang diturunkan oleh Vivanews.com tersebut jelas belum ada klarifikasi dari pihak Vivanews.com kepada pihak Arrahmah.com yang telah mempublikasikan foto eksklusif Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra. Lazimnya, untuk sebuah pemberitaan yang berimbang maka dibutuhkan check dan recheck atau tabayun untuk menghindarkan distorsi dan stigma buruk yang tidak diinginkan.
Namun, alih-alih dikonfirmasi tentang pemuatan foto tersebut, Vivanews.com kembali menurunkan sebuah tulisan, pukul 13.02, dengan judul Foto Jenazah Imam Samudra TPM : Mungkin Keluarga yang Berikan Foto Itu. Tulisan kembali ditulis oleh Amril Amarullah dan kembali memuat komentar dari Ahmad Kholid, TPM, yang bespekulasi mengatakan bahwa mungkin saja foto itu diambil keluarga untuk kepentingan dokumentasi pribadi. “Mungkin saja keluarga yang memberikan foto itu, sebab saat wajahnya dibuka ada beberapa anggota keluarga yang mengabadikannya dalam bentuk foto dan video,” Menurut Kholid, hingga kini dia belum mengetahui secara pasti soal itu ujar Kholid saat dihubungi VIVAnews, Senin, 10 November 2008.
Jadi, sampai diturunkannya tiga buah tulisan, pihak Vivanews.com sama sekali belum menghubungi pihak Arrahmah.com untuk mengklarifikasi pemuatan foto eksklusif tersebut. Baru pada pukul 15.03, melalui Nurlis E. Meuko dan Bayu Galih, pihak Vivanews menghubungi pihak Arrahmah.com dan mengadakan wawancara.
Dengan judul tulisan Wawancara Pengelola Situs Arrahmah “Keluarga Imam Samudra Mengizinkan”. Kepada Bayu Galih, pihak Arrahmah.com diwakili Muhammad Fachry menjelaskan muasal dan alasan pemuatan foto eksklusif Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra.
Selain klarifikasi keaslian foto yang diambil secara eksklusif juga dijelaskan bahwa pihak Arrahmah mendapatkan amanah dari pihak keluarga Imam Samudra untuk mempublikasikan dan memberitakan kondisi jenazah Imam Samudra yang terlihat cerah dan seperti tersenyum.
Dengan demikian, meski belum ada komunikasi dengan TPM, persetujuan dari pihak keluarga dan komitmen situs Arrahmah sebagai situs berita jihad dan mujahidin menjadi alasan kuat pemasangan foto yang akhirnya membawa ‘berkah’ secara eksklusif pula kepada situs Arrahmah.
Pro dan Kontra Pemasangan Foto Asy Syahid Imam Samudra
Sebelumnya, keaslian foto Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra sempat diragukan. Mabes Polri melalui juru bicaranya, Inspektur Jenderal Abubakar mengatakan sebagaimana dikutip Vivanews.com: “Saya kira itu belum tentu benar, itu bisa saja rekayasa foto,” jelasnya di kantornya, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin, 10 November 2008.
Keaslian foto Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra ditegaskan oleh Roy Suryo, pakar telematika ketika dikonfirmasi oleh Vivanews.com, Selasa, 11 November 2008, dini hari. Menurutnya, foto tersebut diambil oleh kamera digital merk Sony jenis DSC-H9. “Foto itu jelas asli. Tanggal pemotretan dilakukan pada 9 November 2008, sekitar pukul 09.04 WIB,” tegasnya.
Untuk jenis kamera yang digunakan, lanjut Roy, merupakan kamera saku dengan kemampuan yang sudah canggih. “Ini termasuk kamera pocket yang besar. Cybershot dengan kemampuan 8,1 megapixel. Kemampuan lainnya adalah 15 kali optical zoom,” bebernya. Selain itu, kamera ini juga memiliki layar preview berukuran 3 inchi. Spesifikasi lainnya adalah kemampuan zoom in dan zoom out pada 31 sampai 465 kali.
Pernyataan Roy Suryo ini tentunya menjadi credit point bagi situs Arrahmah. Karena foto eksklusif Asy Syahid Imam Samudra yang dimuat tersebut adalah asli, bukan rekayasa foto dan tidak ada unsur membohongi publik. Kejujuran sebuah media massa adalah taruhan dan situs Arrahmah telah membuktikan komitmennya dalam hal ini.
Sementara itu, kunjungan publik ke situs Arrahmah sepanjang Senin, 10 November 2008 tidak lagi bisa dibendung dan mengakibatkan server Arrahmah.com mengalami overload untuk kemudian drop.
Sempat beberapa kali diperbaiki oleh teknisi dan admin, kondisi Arrahmah.com hingga menjelang sore hari tidak menentu, kadang online dan sesekali drop. Pemberitaan yang pro dan kontra terhadap pemuatan foto eksklusif Imam Samudra pun belum berakhir, bahkan semakin ‘panas’.
Okezone.com, melalui wartawannya Syukri Rahmatullah menurunkan berita tentang pemuatan foto Imam Samudra oleh situs Arrahmah pertama kali pada pukul 11.12 WIB. Dengan tajuk Foto Jenazah Imam Samudra Muncul di Dunia Maya, situs ini memberitakan kemunculan foto tersebut dengan mencuplik awal isi berita dan memuat pula beberapa komentar dari pembaca yang memang biasa muncul dalam setiap artikel maupun berita di situs Arrahmah.
Berikutnya, Okezone.com menurunkan tulisan berjudul Foto Imam Samudra untuk Bangkitkan 1 Miliar Mujahid. Syukri Rahmatullah yang kembali menulis berita tersebut mewawancarai Lulu Jamaluddin, adik Imam Samudra via telepon.
Menurut Lulu, pemasangan foto jenazah Imam Samudra memang disengaja pihak keluarga di Lopang Gede, Serang, Banten. Tujuannya agar dapat dilihat seluruh mujahid di seluruh dunia. “Untuk membangkitkan 1 miliar mujahid seperti Imam Samudra,” kata Lulu.
Kepada Okezone Lulu mengaku ingin menunjukkan kepada para mujahid bahwa orang yang berjuang untuk Islam, matinya tersenyum dan tidak merasakan sakit. “Matinya, mati syahid. Itu jarang didapatkan mereka,” katanya.
Menurutnya, tidak gampang bagi para mujahid untuk mendapatkan mati dalam kondisi syahid seperti yang didapatkan Imam Samudra. “Mereka saja, (Amrozi cs) harus menunggu sampai 6 tahun,” jelasnya.
Keterangan dari adik Imam Samudra ini kembali menguatkan posisi situs Arrahmah yang dianggap tidak mendapatkan ijin dari pihak keluarga Imam Samudra sewaktu memuat foto Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra di situs Arrahmah.
Bahkan dalam pernyataan berikutnya yang juga dipublikasikan oleh Okezone.com, Lulu Jamaluddin menjelaskan secara lebih spesifik alasan keluarga Imam Samudra mempercayakan pemuatan foto abangnya di situs Arrahmah.
Menurut Lulu, keluarga almarhum Imam Samudra mempercayai pemasang foto jenazah Imam Samudra kepada situs Arrahmah.com, disebabkan website tersebut dipercaya dekat dengan para mujahid (pejuang Islam). “Alasannya, karena kami percaya mereka dekat dengan para mujahid dan punya tujuan yang sama,” kata Lulu Jamaludin, adik almarhum Imam Samudra kepada okezone melalui telelpon, Senin (10/11/2008).
Menurutnya, Arrahmah adalah medianya para mujahid. Selama ini pernyataan Imam Samudra di website tersebut selalu dimuat secara utuh dan tidak pernah dipotong apalagi diplintir.
Komitmen kepada berita Islam yang berimbang dan keberpihakan kepada kaum Muslimin yang ditunjukkan oleh situs Arrahmah.com dalam berkiprah menyampaikan berita inilah yang nampaknya ‘mengusik’ situs berita Detikinet.com, yang merupakan bagian dari Detik.com.
Dengan bahasa yang tendensius dan tanpa check dan recheck situs, berita yang dianggap populer ini bahkan layaknya detektif partikelir melacak keberadaan situs Arrahmah.
Pemuatan berita tentang situs Arrahmah dimuat pertama kali oleh Detikinet.com pada pukul 12.40 WIB, Senin, 10 November 2008. Wartawan Detikinet.com, Wicak Hidayat menurunkan tulisan dengan judul “Situs Umbar Foto Imam Samudra Berkafan”.
Detikinet.com memberitakan pemuatan foto eksklusif Imam Samudra oleh situs Arrahmah yang menurutnya bertentangan dengan wasiat Amrozi, Ali Ghufron, dan Imam Samudra. Menurut situs ini pula, media massa, polisi, atau pun jaksa tidak diperbolehkan mengambil, apalagi sampai mempublikasikan wajah terakhir tiga terpidana mati tersebut.
Nampaknya Detikinet.com cukup terheran-heran dan tidak habis fikir mengapa situs Arrahmah.com mendapatkan hak istimewa untuk mengabadikan foto Asy Syahid (Insya Allah) Imam Samudra, bahkan kemudian dipercayai untuk mempublikasikannya.
Sayangnya, pihak Detikinet.com tidak menyalurkan rasa keingintahuan mereka sebagai seorang jurnalis dengan bertanya kepada nara sumber dan pihak yang terkait secara langsung. Bukankah sesuatu yang sangat sederhana untuk kontak ke pihak Arrahmah.com untuk klarifikasi mengapa sampai foto itu dimuat dan dipublikasikan.
Bisa juga dan alangkah baiknya jika pihak Detikinet.com mengklarifikasi dan kontak pihak keluarga Imam Samudra dan menanyakan langsung mengapa foto tersebut bisa muncul dan dimuat di situs Arrahmah.
Beberapa situs berita melakukan langkah jurnalistik sederhana dan standar ini. Namun langkah-langkah ini tidak dilakukan oleh situs berita ‘sekaliber’ Detikinet.com, bahkan dilanjutkan dengan tindakan yang lebih konyol lagi.
Dengan wartawan yang sama, yakni Wicak Hidayat, pada pukul 14.38 WIB, Detikinet.com kembali mengeluarkan tulisan dengan judul Umbar Foto Imam Samudra, Arrahmah Punya Siapa? Dari judul tulisan ini saja pihak Detikinet.com jelas-jelas sangat tendesius dan menampakkan arogansi berlebihan.
Dengan sangat yakin (tanpa melakukan tabayyun) Wicak Hidayat mengatakan bahwa : “Meski dilarang oleh pihak keluarga, situs Arrahmah.com mempublikasikan wajah Imam Samudra berkain kafan. Siapakah sosok di balik situs tersebut ?”
Kesalahan Detikinet.com yang berikutnya sangat jelas, yakni kebohongan dengan mengatakan pihak keluarga melarang pemuatan foto tersebut. Penjelasan dan keterangan sebelumnya, baik dari pihak keluarga Imam Samudra maupun dari pihak situs Arrahmah.com sangat jelas dan terang benderang bahwa pemuatan foto tersebut sudah direstui dan diidzinkan oleh pihak keluarga. Titik.
Sayangnya pihak Detikinet.com tetap bersikeras dan bahkan tidak mau mengkonfirmasi dan klarifikasi sama sekali, baik ke pihak keluarga Imam Samudra maupun ke Arrahmah.com.
Detikinet.com malah ‘menyelidiki’ Arrahmah.com dengan model pendekatan detektif partikelir, mencoba menjadi pakar telematika bak Roy Suryo. Dalam tulisan Wicak Hidayat ini pula, Detikinet.com menyatakan keberhasilannya menyelidiki siapa di balik situs Arrahmah.com.
Melalui penelusuran database Whois menunjukkan nama pemilik situs itu disembunyikan lewat layanan ContactPrivacy.org Detikinet.com berpayah-payah menelusuri e-mail dan menjelajahi friendster dan akhirnya menemui sebuah nama, yakni Daniel Shah.
Tidak ketinggalan, untuk menunjukkan kecanggihan dan kesuksesan penyelidikan ‘detektif’ partikelir Detikinet.com ini dimuat juga foto dua orang yang salah satunya dianggap sebagai Daniel Shah.
Pertanyaannya kemudian, mengapa Detikinet.com harus bersusah payah melacak ke sana-sini hanya untuk mengetahui siapa di balik situs Arrahmah.com. Bukankah situs-situs berita yang lain, seperti Vivanews.com dan Okezone.com dengan mudah bisa mewawancarai pengelolanya.
Mengapa Detikinet.com tidak mencoba menghubungi Arrahmah.com dan mengklarifikasi semua berita yang dimuatnya ? Bukankah lebih layak jika dilontarkan pertanyaan, ada apa dengan Detikinet.com ? Atau, siapa di balik Detikinet.com ?
Arogansi dan kekonyolan Detikcom semakin tampak menggelikan ketika pada hari Ahad, 16 November 2008 wartawan detikNews menuliskan tulisan berjudul Foto Amrozi Cs Hilang di Situs Arrahman.
Dengan sangat yakin dan gagah berani sang wartawan detikNews, Anwar Khumaini, menuduh situs Arrahmah menghapus wajah jenazah ketiga pelaku bom Bali I tersebut. Berikut petikannya tulisannya :
Setelah Jumat 14 November lalu menampilkan wajah Amrozi, Muklas dan Imam Samudra yang sudah meninggal, kini situs Arrahman menghapus wajah jenazah ketiga pelaku bom Bali I tersebut. Wajah ketiganya tak nampak di welcome page situs yang sempat menghebohkan ini.
Dalam welcome page-nya, situs Arrahman kini menampilkan langit yang dipenuhi oleh awan yang berarak. Belasan burung merpati putih tampak terbang ke angkasa,
Di langit tersebut, ada tujuh buah pintu berwarna putih yang berjajar. Pintu yang berada di tengah ukurannya paling besar. Mengkin sang pembuat situs melambangkan bahwa pintu-pintu tersebut adalah pintu surga.
Jangan harap bisa mengakses situs ini. Karena cuma welcome page yang ditampilkan. Apakah sang pengelola situs dikomplain oleh keluarga Amrozi Cs karena menampilkan foto mereka? Keluarga Amrozi belum ada yang berkomentar soal ini.
Aneh, konyol dan sangat arogan. Beginikah karakter wartawan situs berita yang katanya populer tersebut. Sangat ceroboh dan tidak mengenal budaya jurnalistik check dan recheck atau tabayyun.
Bayangkan saja, sudah salah mengakses situs Arrahmah.com menjadi Arrahman.com, dengan sangat yakin menuduh situs Arrahmah menghapus wajah jenazah trio syuhada dan tidak mau pula untuk mengklarifikasi baik kepada situs Arrahmah.com maupun kepada keluarga Amrozi.
Wartawan detikNews hanya pandai menerka-nerka dan membuat spekulasi, lalu dengan sangat gegabah membuat analisa dan tuduhan. Sayang sungguh sangat disayang kesalahan fatal dalam dunia media massa online seperti ini bisa dilakukan oleh situs sesenior Detikcom.
Informasi salah buka situs ini bahkan sudah beredar di kalangan netter sebagaimana ditulis dalam situs adiarifin dengan judul Wartawan Detikcom Keliru Dalam Pemberitaan.
Sayangnya, hingga saat ini pihak Detikcom pun tidak pernah menghubungi pihak Arrahmah,com untuk klarifikasi atau paling tidak mencabut tulisan dalam berita salah buka situs tersebut yang hingga hari ini, Senin, 17 November 2008 masih terpampang di situs Detik.com. Ironis!
Islamophobia Media Massa dan Demonologi Islam
Wartawan tak pernah netral. Begitu pula dengan media massa. Saat ini pers dan media massa global telah dikuasai sepenuhnya oleh Barat. Kondisi ini tentu saja memarginalkan kaum muslimin, khususnya ketika memberitakan dunia Islam dan mujahidin.
Seorang pengamat pernah mengatakan, tidak ada ceritanya media di Indonesia mengambil referensi dari As-Sahab, Arrahmah, Al Muhajirun, atau secara mandiri mengembangkan informasi tanding. Media massa nasional lebih banyak merujuk kepada informasi yang diproduksi oleh kantor berita seperti UPI, Reuters, maupun BBC.
Padahal kantor berita asing ini tentu sangat tidak netral dan selalu menyampaikan berita-berita dan opini menurut keinginan propaganda ideologis mereka. Mereka pun dengan bebas memberikan stigma buruk kepada Islam dan menyudutkan kaum muslimin, terutama mujahidin yang sedang berjuang menegakkan Islam.
Fenomena ini menunjukkan masih kentalnya ketakutan yang tidak beralasan (Islamophobia) dari pihak media massa kepada Islam dan upaya demonologi Islam.
Asep Syamsul M. Romli, S.IP dalam bukunya Demonologi Islam, Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam, menjelaskan bahwa demonologi Islam adalah penggambaran atau pencitraan Islam sebagai demon (setan, iblis, atau hantu) yang jahat (evil) dan kejam (cruel).
Ia juga bisa berarti perekayasaan sistematis untuk menempatkan Islam dan umatnya agar dipandang sebagai ancaman yang sangat menakutkan.
Demonologi Islam dilakukan oleh pihak Barat (kaum Zionis Yahudi dan Salibis) yang memandang Islam sebagai ancaman bagi kepentingan mereka. Demonologi Islam menjadi bagian dari strategi Barat untuk meredam kekuatan Islam, yang mereka sebut sebagai The Green Menace (Bahaya Hijau).
Anwar al Jundy menganggap hal tersebut sebagai “pembaratan di dunia Islam” yakni agar masyarakat Islam menjauhi ajaran agamanya sendiri. Pembaratan dalam pengertiannya yang paling luas berarti mendorong kaum Muslimin untuk menerima pemikiran-pemikiran Barat, menanamkan prinsip-prinsip pendidikan Barat dalam jiwa kaum Muslimin, sehingga mereka tumbuh dalam kehidupan dan pemikiran Barat dan nilai-nilai keIslaman menjadi kering dalam jiwa mereka.
Proses demonologi berlangsung melalui pencitraan negatif tentang Islam dan para pejuangnya, melalui penjulukan-penjulukan terorisme, fundamentalisme yang dipopulerkan media massa.
Dengan cara itu, Barat berupaya menenggelamkan citra Islam sebagai rahmatan lil ‘alamien dan sistem hidup (way of life) terbaik untuk umat manusia, membuat masyarakat dunia memusuhi dan memerangi Islam, dan menunbuhkan Islamophobia atau ketakutan terhadap Islam, sekaligus mencegah dan menindas kebangkitan Islam.
Menurut Noam Chomsky, ahli linguistik terkemuka MIT AS, pemburukan citra Islam adalah bagian dari upaya Barat, khususnya negara adikuasa Amerika Serikat menata dunia menurut kepentingan mereka.
Barat mengklaim diri sebagai pemegang supremasi kebenaran, sedangkan semua yang mengancam kepentingannya-dalam hal ini Islam atau komunitas Islam-atau bahkan tidak bersepakat dengannya dianggap berada di jalan yang sesat.
Media massa dalam hal ini akan bertindak sebagai sarana pembentuk makna. Kesan buruk mengenai Islam perlu diciptakan agar penindasan Islam dapat dilakukan dengan persetujuan khalayak.
Jadi, terbentuknya opini publik (public opinion) tentang bahayanya Islam atau Islam sebagai ancaman akibat pemburukan citra Islam tersebut, dapat memberikan semacam legitimasi dan justifikasi bagi Barat dan antek-anteknya untuk membasmi siapa saja dan kelompok apa saja yang mengusung bendera Islam dalam perjuangan politiknya.
Menurut hemat penulis, ramainya pro dan kontra pemuatan foto eksklusif Asy Syahid (insya Allah) Imam Samudra di situs Arrahmah menggambarkan masih kentalnya Islamophobia pada media massa nasional pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Tidak adanya media massa yang secara jujur dan profesional membahas dan mempublikasikan masalah jihad menjadi salah satu indikasinya. Sementara itu tuntutan ‘bos’ sebagian besar media massa yang eksis lebih mengarah kepada kepentingan Barat yang ujung-ujungnya melayani kaum yahudi dan salibis.
Bukan rahasia, jika yahudi menguasai media massa yang utama mencakup kantor-kantor berita terkemuka dunia (news agency), surat kabar dan jaringan TV/Radio, industri sinema dan program TV, serta industri percetakan, penerbitan, dan penyaluran.
Kantor-kantor berita raksasa yang dikuasai Yahudi antara lain Reuter (didirikan di Jerman oleh Julius Paul Reuter, seorang Yahudi kelahiran Jerman bernama asal Israel Beer Josaphat, lalu pindah ke Paris dan pindah lagi ke London), Associated Press (AP) yang berpusat di Amerika Serikat, dan United Press International (UPI) juga di AS.
Orang-orang Yahudi juga menguasai media massa utama di Inggris, antara lain surat kabar terkemuka Inggris The Times yang kini dimiliki “raja media” dan miliuner Yahudi dari Australia Robert Murdoch. Sunday Times, majalah porno Sun dan News of the World juga milik Murdoch di samping majalah City Magazine dan Pirus. Di Amerika, Murdoch memiliki koran New York Post serta majalah Star dan The Newsweek.
Orang-orang Yahudi juga menguasai media massa besar lainnya di Inggris, seperti The Daily Teleghraph, The Economist, The Daily Express, News Cronical, Daily Mail, Daily Herald, Manchester Guardian, dan lain-lain.
Di Amerika, koran-koran juga dikuasai oleh Yahudi antara lain Wall Street Journal, Daily News, New York Times, The Washington Post, The Times Herald, dan lain-lain. Dua majalah kaliber dunia, Time dan Newsweek juga dikuasai orang-orang Yahudi.
Tidak hanya itu, orang-orang Yahudi juga mendominasi perfilman internasional dan jaringan TV internasional (ABC, CBS, NBS). Perusahaan-perusahaan film yang didominasi mereka antara lain Fox Company, Golden Campany, Metro Company, Warner & Broos Company, dan Paramaount Company.
Penguasaan dan penjajahan media massa oleh Zionis-Salibis inilah yang memudahkan mereka melakukan demonologi Islam, atau “penyetanan Islam” atau membentuk pendapat umum tentang Islam sebagai umat yang berbahaya, ekstrimis, fundamentalis, dan teroris.
Sebaliknya, dengan dukungan media massa pula, kaum Zionis-Salibis ini dapat mencitrakan dirinya dan antek-anteknya sebagai “penyelamat dunia, pusat peradaban, dan pembela hak-hak asasi manusia.”
Zionis-Salibis setiap hari mengendalikan pikiran umat Islam melalui penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu. Pandangan umat Islam tentang realitas menjadi dibatasi karena peristiwa-peristiwa yang sesungguhnya terjadi diberitakan melalui filter dan didistorsi sedemikian rupa, tanpa check dan recheck (tabayun).
Adian Husaini, M.A. dalam bukunya Penyesatan Opini menyatakan bahwa kecanggihan rekayasa informasi global, mampu menghadirkan realitas semu di tengah masyarakat internasional.
Menurut Alvin Toffler, kekuatan informasi adalah the highest quality power, karenanya wajar jika di seluruh dunia terjadi pertempuran untuk merebut kontrol terhadap pengetahuan (knowledge) dan alat-alat komunikasi.
Saat ini telah terjadi ketimpangan arus informasi global. Arus informasi global berjalan searah dari Dunia Kesatu (negara-negara maju) ke Dunia Ketiga (negara-negara berkembang). Informasi dunia saat ini diatur oleh kantor-kantor berita utama, yaitu Associated Press (AP), United Press International (UPI), Reuters, Agence France Press (AFP), dan TASS.
Kekuatan jaringan kantor-kantor berita itu luar biasa besarnya. Sebagai contoh, Reuters memiliki lebih dari 1.100 wartawan, fotograper, dan juru kamera yang tersebar di 79 negara.
Informasi yang disebarkan Reuters disampaikan melalui 145.000 terminal dan teleprinter yang langsung dihubungkan dengan komputer kliennya. Layanan diberikan dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol, Arab, Jepang, Denmark, Norwegia, Belanda, Swedia, Portugis, dan Italia.
Lebih dari lima juta kata yang berhubungan dengan teks berita diproses setiap hari melalui komputer pengatur pesan di kantor editorial London, padahal Reuters masih memiliki pusat editing lain di Hongkong dan New York, yang juga bekerja 24 jam sehari.
Visnews yang merupakan kantor berita televisi terbesar di dunia adalah anak perusahaan Reuters. William A. Hachten mencatat bahwa Visnews sebenarnya merupakan pemasok berita internasional untuk televisi yang utama di dunia. Visnews melayani lebih dari 170 badan siaran di hampir semua negara yang memiliki televisi.
Banyak penonton televisi yang tidak mengetahui bahwa banyak berita asing di televisi ditunjang oleh dua agen berita televisi yang didominasi oleh kepentingan Amerika dan Inggris.
Dari perbandingan produksi kata melalui berbagai jenis media cetak, elektronik, dan dunia maya tampak jelas bahwa propaganda nilai yang terus menerus dicangkokan ke benak manusia adalah nilai-nilai, doktrin, ideologi serta budaya Barat.
Trend inilah yang mengglobal dan diikuti oleh hampir seluruh media massa yang ada. Tidak salah, kalau kemudian situs Arrahmah mencoba tampil ‘beda’ dengan semboyan Filter Your Mind Get The Truth.
Sebagaimana dalam siaran persnya di saat server Arrahmah.com drop, dijelaskan bahwa situs Arrahmah.com adalah bagian dari Ar Rahmah Media Network yakni sebuah media penyampai berita-berita jihad dan dunia Islam yang profesional.
Ar Rahmah Media tidak memiliki kaitan dengan organisasi, jama’ah, atau pun gerakan mana pun. Ar Rahmah Media sebagai media berita Islam yang independent berkewajiban menyampaikan berita secara berimbang tanpa meninggalkan ciri jurnalistik investigatifnya.
Trade Mark situs Arrahmah.com adalah situs jihad. Ini tidak salah, mengingat setengah dari isi situs ini adalah berita-berita jihad manca negara. Dalam situs ini terdapat rubrik Internatonal Jihad Analysis yang secara periodik membahas isu-isu dan perkembangan jihad kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia.
Situs Arrahmah mampu menampilkan dan mengemas berita-berita serta analisa jihad ini secara menarik dan investigatif, sehingga betul-betul menghasilkan sebuah berita yang berimbang dan dibutuhkan oleh ummat.
Kebutuhan umat Islam, terutama generasi mudanya akan kehadiran situs berita dunia Islam yang handal sangat beralasan. Hal ini dikarenakan ketimpangan informasi yang terjadi akibat dominasi media massa Barat.
Padahal, sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya, media massa Barat dan yang terpengaruh olehnya, serta satu visi dan misi dengannya, memiliki ‘penyakit’ Islamophobia dan selalu melancarkan aktivitas demonologi Islam dalam setiap penulisan berita.
Untuk itu kehadiran situs berita semacam Arrahmah.com, dan yang semisalnya, menjadi kebutuhan mendesak bagi umat Islam bahkan bagi seluruh umat manusia.
Selain untuk lebih menyeimbangkan berita yang beredar, kehadiran situs berita Islam semacam Arrahmah.com bisa menjadi bukti bahwa Islam adalah Rahmatan lil Alamien,
Wallahu’alam bis Showab!
By: M. Fachry
17 November 2008
International Jihad Analysis
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2008 Ar Rahmah Media Network.
The State of Islamic Media. All Rights Reserved.