NAJAF (Arrahmah.id) — Arkeolog menemukan situs pertempuran Islam periode awal di Irak, yakni perang Al Qadisiyyah. Para ahli menemukan situs kuno ini menggunakan citra satelit mata-mata tahun 1970-an.
Dilansir CNN (12/11/2024), para arkeolog menemukan lokasi pertempuran penting abad ke-7 ini dengan menggunakan citra satelit Perang Dingin untuk memutar waktu ke belakang, guna melacak keberadaannya.
Pertempuran Al Qadisiyyah terjadi di Mesopotamia pada tahun 637 Masehi. Perang ini sangat menentukan dalam kekalahan Kekaisaran Sasaniyah dan menandai penyebaran Islam dari pusatnya di Arab ke Persia kuno.
Pertempuran penting ini tetap menjadi bagian dari kurikulum inti bagi para pelajar sejarah Arab. Meskipun demikian, para sarjana modern hanya mengetahui perkiraan lokasinya sampai sekarang.
Sebuah tim gabungan arkeolog dari Universitas Durham di Inggris dan Universitas Al Qadisiyyah di Irak menemukan situs ini ketika melakukan survei penginderaan jarak jauh untuk memetakan Darb Zubaydah, sebuah rute haji dari Kufah di Irak menuju Mekkah di Arab Saudi.
Ketika memetakan rute, tim menyadari ada sebuah situs yang berjarak sekitar 30 km (20 mil) di selatan Kufah di Provinsi Najaf, Irak selatan. Situs ini memiliki fitur-fitur yang sangat sesuai dengan deskripsi situs pertempuran Al Qadisiyyah yang digambarkan dalam teks-teks bersejarah.
Tim menggunakan gambar-gambar yang sebelumnya diklasifikasikan dari wilayah tersebut dari tahun 1970-an. Data-data tersebut memberikan gambaran yang lebih jelas tentang lanskap daerah yang dimaksud, sebelum diubah secara signifikan oleh pertanian modern dan perluasan kota.
Sebuah survei di lapangan mengonfirmasi temuan-temuan itu. Hal ini lantas meyakinkan tim bahwa mereka telah mengidentifikasi situs tersebut dengan benar.
Fitur-fitur utama yang ditemukan adalah parit yang dalam, dua benteng dan sebuah sungai kuno yang dilaporkan pernah diseberangi oleh pasukan Persia yang ditunggangi gajah, kata Jaafar Jotheri, seorang profesor arkeologi di Universitas Al Qadisiyyah yang menjadi bagian dari tim yang melakukan penemuan tersebut.
Tim ini juga menemukan pecahan tembikar yang konsisten dengan periode waktu ketika pertempuran terjadi.
“Hal yang menakjubkan dari citra mata-mata ini adalah memungkinkan kita untuk memutar kembali waktu 50 tahun ke belakang,” ujar salah satu penulis penelitian, Dr William Deadman, kepada The National (16/11).
“Telah terjadi ekspansi pertanian dan perkotaan yang luar biasa di Timur Tengah selama periode tersebut, sehingga dapat melihat bagaimana lanskap akan terlihat sebelum semua ini terjadi membuat pencarian situs menjadi lebih mudah,” jelasnya.
Dr Deadman mengatakan pertempuran tersebut merupakan momen penting dalam penaklukan awal oleh Islam di wilayah tersebut. Ia berharap penelitian ini akan menginspirasi lebih banyak penelitian mengenai arkeologi Sasaniyah dan Islam awal di Irak, topik yang ia gambarkan sebagai “sangat kaya namun kurang diteliti”.
Ia mengatakan citra satelit era Perang Dingin biasanya digunakan oleh para arkeolog yang bekerja di Timur Tengah karena citra satelit yang lebih tua sering menunjukkan fitur-fitur yang telah dihancurkan atau diubah, sehingga tidak akan muncul pada citra satelit masa kini.
Dr Deadman mengatakan ia sangat yakin bahwa bukti-bukti sejarah menunjukkan bahwa di sinilah tempat terjadinya pertempuran Al Qadisiyyah. Tim pun berencana untuk memulai penggalian di lokasi tersebut pada tahun mendatang.
“Lokasi pasti dari medan perang sedikit lebih sulit karena tidak ada yang terlihat pada citra untuk menemukannya,” katanya.
“Namun, deskripsi historis memungkinkan kami untuk mempersempit lokasi yang paling mungkin ke area yang sangat kecil, dan kami berharap survei lapangan di masa depan akan menunjukkan dengan tepat medan perang tersebut jika masih ada,” ungkapnya.
Temuan ini juga meningkatkan pemahaman tentang jalan haji Darb Zubaydah antara Irak dan Makkah, jalan sepanjang 1.000 km yang berusia lebih dari 1.000 tahun dan merupakan salah satu kandidat untuk menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Penemuan ini merupakan bagian dari proyek yang lebih luas. Proyek Endangered Archaeology in the Middle East and North Africa (Eamena) merupakan kolaborasi antara Universitas Oxford, Durham dan Leicester, dan didanai oleh Arcadia. Temuan ini dipublikasikan pada hari Selasa lalu di jurnal Antiquity.
Temuan ini juga muncul di tengah kebangkitan arkeologi di Irak, negara yang sering disebut sebagai “tempat lahirnya peradaban”. Namun, eksplorasi arkeologi terhambat oleh konflik puluhan tahun yang menghentikan penggalian dan menyebabkan penjarahan puluhan ribu artefak.
Dalam beberapa tahun terakhir, penggalian telah dimulai kembali dan ribuan artefak yang dicuri telah dipulangkan. (hanoum/arrahmah.id)