AL-QUDS (Arrahmah.com) – Seorang anggota Knesset “Israel”, Moshe Feiglin, memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di al-Quds pada Ahad (2/11/2014) saat warga Palestina dibatasi untuk masuk, kata para saksi mata, sebagaimana dilansir oleh Ma’an News Agency.
Dalam bentrokan terbaru dengan polisi “Israel” yang berlangsung pada Sabtu malam (1/11) di sekitar al-Quds, sebanyak 17 pengunjuk rasa Palestina ditahan. Juru bicara polisi Luba Samri mengatakan bahwa jumlah itu meningkat menjadi 111 orang yang ditangkap dalam protes sejak 22 Oktober.
Seorang fotografer AFP mengatakan bahwa Moshe Feiglin mengunjungi kompleks al-Aqsha di al-Quds pada Ahad (2/11), meskipun sebelumnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan untuk menahan diri menyusul bentrokan akhir pekan lalu antara polisi “Israel” dengan warga Palestina.
Moshe Feiglin, yang merupakaan anggota garis keras sayap kanan Likud dari blok Netanyahu, merupakan pendukung utama dari semakin meningkatnya akses Yahudi ke komplek al-Aqsha.
Kedatangan Moshe Feiglin disambut dengan protes dari ummat Islam yang meneriakkan “Allahu Akbar”.
Sementara itu, laki-laki dan perempuan Palestina di bawah umur 40 tahun dilarang untuk memasuki masjid al-Aqsha sejak shalat subuh sekitar 04:30, saksi mata mengatakan kepada Ma’an News Agency. Beberapa karyawan dari bagian waqaf yang bekerja di dalam kompleks al-Aqsha juga dilarang masuk oleh petugas polisi “Israel”.
Al-Aqsa dan lingkungan disekitarnya telah dilanda kekerasan dalam beberapa bulan ini, dengan kompleks masjid al-Aqsha menjadi pusat berkumpulnya warga Palestina yang menentang upaya ekstrimis Yahudi untuk menguasai kompleks al-Aqsha.
Menteri Perumahan “Israel” Uri Ariel pada Ahad (2/11) juga menyerukan untuk mengubah status quo Al-Aqsha dengan memperbolehkan orang-orang Yahudi tidak hanya mengunjungi kompleks al-Aqsha tetapi juga untuk berdoa di sana.
Netanyahu, yang telah berulang kali mengatakan bahwa dia tidak berniat untuk mengubah status quo al-Aqsha, pada Sabtu (1/11) mendesak partai sayap kanan untuk bertanggung jawab dalam menghadapi meningkatnya kekerasan tersebut.
“Israel” pada Kamis (30/11) memerintahkan penutupan kompleks al-Aqsha, setelah pemuda Palestina bentrok dengan polisi setelah penembakan seorang pria Palestina yang bernama Muataz Hijazi.
Kompleks al-Aqsha dibuka kembali pada hari berikutnya dimana “Israel” kemudian mengerahkan ratusan polisi tambahan untuk mencegah masuknya Muslim yang berusia di bawah 50 tahun.
(ameera/arrahmah.com)