GHAUTAH TIMUR (Arrahmah.com) – Situasi di daerah terkepung di dekat ibu kota Suriah telah mencapai titik kritis, Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan.
Sejumlah warga sipil telah terbunuh atau terluka di Ghautah Timur pada bulan lalu dan kehidupan perlawan menjadi tidak mungkin, ujar organisasi tersebut seperti dilansir BBC pada Senin (18/12/2017).
Sekitar 500 orang sedang menunggu untuk dievakuasi untuk menerima perawatan kesehatan agar nyawanya tertolong.
Juga terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan dan cuaca dingin memperburuk kesulitan yang telah ada.
“Penderita penyakit kronis dan orang-orang dengan luka parah sedang berjuang untuk mendapatkan perawatan,” ujar Direktur ICRC di Timur Tengah, Robert Mardini.
“Mereka yang sakit dan terluka tidak boleh digunakan sebagai pion dalam negosiasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam pertempuan. Perhatian medis harus segera diberikan kepada mereka yang membutuhkannya terlepas dari siapa mereka.”
Sebanyak 400.000 orang yang terjebak di Ghautah Timur juga menghadapi kekurangan pangan yang menakutkan dan kenaikan harga pangan yang melonjak tajam, menurut ICRC.
“Beberapa keluarga hanya bisa makan satu kali sehari, situasi yang sangat menyedihkan bagi keluarga dengan anak-anak. Akibatnya kebanyakan orang mengandalkan sepenuhnya bantuan dari organisasi kemanusiaan,” ujar Mardini.
Ghautah Timur dikepung oleh pasukan rezim Asad sejak 2013.
Kawasan tersebut telah masuk ke dalam zona “de-eskalasi” yang ditengahi oleh Turki, Rusia dan Iran, namun serangan udara dan artileri oleh rezim Asad terus meningkat di daerah tersebut.
Pekan lalu, koordinator kemanusiaan PBB untuk Suriah menegur Rusia dan Iran karena tidak berbuat banyak untuk memberi akses kepada lembaga bantuan ke Ghautah Timur.
Jan Egeland mengatakan kepada BBC bahwa kegagalan untuk membujuk rezim agar membiarkan anak-anak yang sakit parah dievakuasi ke rumah sakit yang berjarak hanya 30 menit, benar-benar menunjukkan ketidakmampuan berbagai pihak. (haninmazaya/arrahmah.com)