GAZA (Arrahmah.id) – Perawatan medis di seluruh wilayah Jalur Gaza sangat terpengaruh oleh serangan yang disengaja “Israel” terhadap personel dan fasilitas medis. Dengan semakin dekatnya invasi darat ke Rafah, para profesional medis khawatir tentang bagaimana operasi darat akan semakin melemahkan sistem kesehatan yang sudah runtuh di wilayah tersebut.
Jamal al-Hams, seorang dokter di Rumah Sakit Kuwait di Rafah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan “Israel” di kota bagian selatan itu akan menyebabkan penderitaan tanpa akhir bagi warga Palestina.
“Kami sangat menderita selama beberapa hari ini karena banyaknya orang yang mengungsi dari wilayah utara dan tengah Jalur Gaza menuju Rafah,” kata al-Hams.
“Kedua, kami [sudah] memiliki sejumlah besar orang yang terluka dan pasien dengan penyakit kronis dan penyakit akut yang dikumpulkan dari seluruh Jalur Gaza [hingga Rafah]. Kami menderita karena kekurangan peralatan medis dan obat-obatan sekali pakai. Sebagian besar antibiotik dan analgesik tidak tersedia.”
“Kami telah mengubah tempat tidur masuk menjadi tempat tidur darurat. RS Najjar kapasitasnya 70 tempat tidur, dan mereka mengubahnya menjadi 200 tapi itu masih belum cukup,” lanjut al-Hams.
“Saya tidak tahu apa yang akan terjadi namun saya yakin kami akan sangat menderita,” al-Hams menyimpulkan.
“Tidak akan ada tempat bagi lebih banyak orang yang terluka. Tidak akan ada kapasitas tempat tidur, bahkan satu pun, karena semua rumah sakit [di selatan] – di Eropa, Najjar, dan Kuwait – semuanya dalam kapasitas penuh.”
Ketua Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menggambarkan laporan serangan “Israel” sebagai hal yang “sangat mengkhawatirkan”.
“Melanjutkan rencana tersebut dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk bagi 1,4 juta orang yang tidak punya tempat lain untuk pergi, dan hampir tidak punya tempat lagi untuk mencari layanan kesehatan,” tulisnya di X.
Selain itu, pimpinan WHO tersebut mengatakan rumah sakit di Rafah di Jalur Gaza telah kewalahan dan penuh sesak.
“Di wilayah lain di Jalur Gaza, sebagian besar rumah sakit sudah tidak berfungsi,” tambahnya.
Sementara itu, di Rumah Sakit Nasser di Khan Younis, air limbah telah membanjiri unit gawat darurat di kompleks medis, sehingga menghambat staf medis untuk memberikan perawatan medis yang menyelamatkan jiwa.
Kementerian Kesehatan Palestina menyerukan perlindungan staf teknis rumah sakit untuk memperbaiki jaringan pembuangan limbah di halaman medis, di mana tujuh orang telah ditembak mati oleh penembak jitu “Israel” dan 14 lainnya terluka.
Baik rumah sakit al Nasser dan Al Amal di Khan Younis telah dikepung militer selama lebih dari dua pekan dan terus-menerus menjadi sasaran serangan “Israel”.
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PCRS) sekali lagi menyerukan komunitas internasional untuk melindungi para profesional kesehatan setelah pasukan “Israel” membunuh dua paramedis PRCS dalam perjalanan mereka untuk menyelamatkan Hind Rajab yang berusia enam tahun, yang juga dibunuh oleh “Israel” beberapa meter jauhnya.
“Menurut hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa, penargetan langsung dan pembunuhan yang disengaja terhadap awak dan sukarelawan PRCS dianggap sebagai kejahatan perang,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan di X.
“Para pihak yang menandatangani Konvensi Jenewa dan berkewajiban untuk menegakkan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional harus mengambil tindakan yang diperlukan untuk menekan, menegur dan menghukum para pelakunya.”
Francesca Albanese, pelapor PBB untuk Palestina, juga mengatakan bahwa eskalasi “Israel” di Gaza telah menyebabkan ratusan korban jiwa, lebih banyak kehancuran, dan pengungsian paksa, yang bertentangan dengan ketentuan Mahkamah Internasional yang diberlakukan terhadap “Israel”, termasuk mengakhiri hasutan untuk melakukan genosida dan meningkatkan pasokan bantuan kemanusiaan.
“Israel wajib mematuhi perintah pengadilan dan negara-negara harus bertindak tegas untuk mencegah kekejaman lebih lanjut,” katanya. (zarahamala/arrahmah.id)