TEL AVIV (Arrahmah.id) – Media “Israel” melaporkan bahwa 1.600 tentara menunjukkan gejala reaksi stres akibat perang dan 250 orang diberhentikan dari dinas karena alasan ini.
Situs berita “Israel” Walla melaporkan pada Selasa (2/1/2024) bahwa “gejala reaksi stres akibat pertempuran telah muncul pada setidaknya 1.600 tentara “Israel” sejak dimulainya operasi darat di Jalur Gaza dua bulan lalu”.
Menurut laporan tersebut, “gejalanya dapat muncul selama atau setelah suatu aktivitas, dan tentara dapat merasakan, antara lain, detak jantung yang cepat, berkeringat, peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba, tubuh gemetar yang tidak terkendali, kebingungan, dan ketidakmampuan untuk bergerak.”
Jika gejala tersebut berlanjut selama lebih dari empat pekan, “kondisi prajurit tersebut dapat memburuk menjadi gangguan stres pasca-trauma yang parah,” lapor Walla, dan menambahkan bahwa “sekitar 250 tentara diberhentikan dari dinas karena gejala reaksi stres akibat pertempuran yang terus-menerus.”
Sistem kesehatan mental “Israel” menghadapi keruntuhan
Selain tentara “Israel”, permintaan akan layanan kesehatan mental “telah meningkat karena perang Gaza” dan sistem tersebut menghadapi kehancuran, menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh surat kabar “Israel” Haaretz pada Ahad (31/12/2023).
Menurut Haaretz, situasi ini menjadi lebih buruk lagi karena “puluhan psikiater yang bekerja di sistem kesehatan mental masyarakat “Israel” baru-baru ini berangkat ke Inggris”.
Haaretz mengutip Dr. Shmuel Hirschmann, kepala Forum Direktur Pusat Kesehatan Mental, yang mengatakan bahwa “saat ini kami kekurangan sekitar 400 psikiater”.
Forum tersebut dilaporkan menulis surat kepada pengawas keuangan negara pada Kamis (28/12) untuk mengatasi masalah ini. “Kami menemui Anda dalam keputusasaan mengenai situasi sulit dalam sistem kesehatan mental di “Israel”,” bunyi surat itu.
“Peristiwa 7 Oktober mengakibatkan sekitar 300.000 pasien tambahan yang memerlukan perawatan oleh seorang profesional terlatih,” surat itu juga menambahkan bahwa “belum diketahui berapa banyak dari mereka yang berperang di Jalur Gaza akan menderita trauma pasca perang”. (zarahamala/arrahmah.id)