YAMAN (Arrahmah.com) – Syaikh Tariq ad-Dhahab meninggal sebagai syuhada (Insya Alloh) setelah beliau ditembak di kampung halamannya di al-Manaasih. Insiden itu terjadi pada tengah malam pada hari Kamis, 24 Rabi’ul Awwal tahun ini (1433-red). Beliau dibunuh oleh saudara tiri beliau yang bernama Huzaam ad-Dhahab yang merupakan loyalis pemerintah boneka Sana’a.
Pada malam itu, si pembunuh berjalan menuju ke salah satu masajid desa di mana beberapa mujahidin dari Ansar al-shariah hadir. Dia kemudian mencoba untuk membuat mereka keluar secara paksa, sesuatu yang dibutuhkan agar Sheikh Tariq keluar dan menghentikannya (si pembunuh). Pada saat melakukannya, si pembunuh seketika dan tanpa diduga melepaskan tembakan ke arah Syaikh Tariq yang menyebabkan beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Si pembunuh kemudian melarikan diri saat sejumlah mujahidin mengejarnya dan kemudian mengepung rumahnya untuk menangkap dia tapi dia menolak untuk menyerahkan diri, yang kemudian memicu bentrokan bersenjata yang hebat yang mengakibatkan gugurnya satu mujahid. Mujahidin kemudian mengevakuasi rumah yang berdekatan dengannya untuk menghindari jatuhnya korban dari warga sipil yang tidak bersalah. Setelah itu, mereka meledakkan rumah milik pembunuh tersebut dengan menggunakan kendaraan jebakan, yang akhirnya menyebabkan kematiannya.
Sehubungan dengan itu, keponakan Syaikh Tariq yang bernama “Ali ad-Dhahab” (anak Huzaam ad-Dhahab) -mencari pembunuh ayahnya- kemudian membunuh pamannya “Ahmad ad-Dhahab”, adik laki-laki Syaikh Tariq. Mujahidin kemudian mampu melaksanakan hukuman qishash terhadap Ali ad-Dhahab selama berlindung/bersembunyi di rumahnya.
Keturunan Quraisy ini pun menjadi syuhada (Insya Alloh) bersama dengan saudaranya Ahmad serta mujahid Ali al-Qydi. Kesyahidan mereka terjadi setelah mengisi hidup mereka penuh dengan perjuangan untuk Syariah dan Dien. Mereka dibunuh oleh orang-orang bayaran dari pemerintah pengkhianat Sana’a.
Pernyataan itu juga menyatakan: “Syaikh Tariq –rahimahulloh– ditargetkan karena menengahi dan menerapkan Syariat Alloh di antara suku-suku di Yaman. Rumah beliau merupakan tempat penampungan bagi kaum lemah dan tempat istirahat bagi kaum yang fakir. Pemimpin yang sangat dihormati, dikenal karena akhlaknya yang baik. Beliau seorang yang dermawan, murah hati dan seorang yang pemberani. Dan tentu saja, ini adalah sifat mulia yang diturunkan dari generasi ayahnya untuk anak-anak mereka. Ini merupakan kebanggaan di dunia dan di akhirat, semoga Alloh mengasihi beliau dan meninggikan derajat beliau di Jannah.
Setelah semua hidupnya digunakan untuk berjihad di jalan Allah dan memperjuangkan Syariah Islam, mereka pun syahid di jalan Alloh (insyaAlloh).
source: Kesaksian Kantor Berita Madad (dalam peliputan kegiatan Mujahidin Ansar Shariah di Yaman)
Warta no. 10 / Rabiul Tsani 1432 H – Februari 2012
Diterjemahkan oleh tim Forum Islam al-Busyro
(siraaj/arrahmah.com)