CIREBON (Arrahmah.com) – Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) dibawah pimpinan Prof Dr Salim Badjri, melakukan inisiatif untuk menggelar Musyawarah Ormas-Ormas Islam yang ada di Jawa Barat. Acara digelar di Gedung Diklatpri jalan Pemuda Kota Cirebon tanggal 5 – 6 Januari. Acara ini diikuti antara lain Laskar Sabilillah, Pagar Aqidah (Gardah), Gerakan Muslim Penyelamat Aqidah (Gempa), Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Gerakan Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat (Gapas), Front Pembela Islam (FPI) dan beberapa ulama.
Seperti disampaikan dalam rilisnya kepada arrahmah.com, hal-hal terpenting yang dibahas dalam musyawarah ini adalah, Pendidikan, Kenakalan Remaja, Kemaksiatan, Korupsi, Pencegahan Aliran Sesat dan Pemurtadan. Masalah aliran sesat dan pemurtadan mendapat porsi penting pada acara ini. Utusan-utusan dari Kabupaten Cianjur, Kabupaten Kuningan dan Kota/Kabupaten Cirebon menganggap hal ini lebih urgen daripada pembahasan lainnya. Karena ketiga daerah itu saat ini mengalami eskalasi pemurtadan yang sangat mengkhawatirkan.
Untuk Kabupaten Kuningan dan Kabupaten/Kota Cirebon, permasalahannya malah lebih rumit lagi karena ada dua hal lainnya, yakni yakni masalah aliran sesat yang terus merebak ditambah dengan gerakan pemurtadan yang terjadi karena adanya perlindungan dari sesama ormas Islam dan pemerintah. Dalam masalah pemurtadan Cianjur juga mengalami hal yang sama, yakni gerakan pemurtadan berjalan karena adanya peran aparatur negara.
Dalam kajian musyawarah ini setidaknya menemukan sebab-sebab maraknya pemurtadan adalah sebagai berikut :
1.Karena agresifnya pihak Kristen untuk mengkristenkan Indonesia
2.Peran para pejabat Kristen untuk memberikan dukungan moral dan perlindungan terhadap kegiatan pemurtadan di daerah-daerah.
3.Peran aparatur pemerintahan yang beragama Islam, yang mudah menerima suap.
4.Takutnya aparatur pemerintahan yang beragama Islam terhadap kekuatan Kristen (salahsatunya takut dicap tidak toleran).
5.Tidak adanya pencerdasan ummat dalam masalah aqidah dari otoritas Islam.
6.Kemiskinan absolut, sehingga masyarakat mudah dibujuk dengan berbagai bantuan dari pihak Kristen.
7.Belum padunya kekuatan Islam untuk melawan pemurtadan.
Menyikapi Densus 88
Semula pada Ahad, 6 Januari, akan diadakan apel siaga yang akan digelar di alun-alun Kejaksan Kota Cirebon untuk melanjutkan acara musyawarah yang berlangsung sebelumnya. Tetapi karena ada berita tentang keganasan Densus 88 terhadap para terduga teroris di Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan, acara kemudian dipindahkan ke pesantren Tahfidzul Quran Al Falah di Pelandakan Kota Cirebon. Hal itu dilakukan karena para ulama menganggap lebih baik dilakukan pengarahan intensif dari pada melakukan orasi di lapangan.
Pengarahan dilakukan oleh tiga tokoh, yakni Ahmad Michdan, Ketua Tim Pembela Muslim (TPM), ustadz Said Sungkar (dari FPI wilayah Jawa Tengah), dan Prof Dr Salim Badjri. Dalam pengarahan itu Ahmad Michdan memberikan arahan supaya semua Ormas Islam membentuk tim advokasi, karena cara Densus 88 dalam menangani terorisme sudah sangat berlebihan.
“Sehingga jika nanti ada pihak ormas yang dituduh teroris dan atau kemudian dikejar padahal bukan teroris, maka pembelaan hukum sudah siap,” kata Michdan.
Sementara itu Ustadz Said Sungkar menekankan supaya para aktivis Islam tetap maju berdakwah dengan kesabaran, karena menegakkan kebenaran itu sangat sulit dan penuh dengan fitnah yang memojokkan. “Langkah pertama dan terpenting bagi para anggota aktivis Islam adalah membersihkan aqidah dan I’tiqad, kemudian menjalankan ibadah dengan tekun dan menjauhi ma’shiyat. Karena kekuatan Islam terletak pada semua unsur itu,” jelas Said Sungkar.
Sedangkan Prof Dr Salim Badjri menekankan, supaya ormas-ormas Islam melepaskan baju kefanatikan ashabiyahnya, dan senantiasa menjalin komunikasi dan silaturrahmi satu sama lain. Karena silaturrahmi adalah kekuatan kedua setelah aqidah. “Dengan silaturrahmi akan terbentuk kekuatan yang didasari keikhlashan. Dengan semua itu Insya Allah Ummat Islam akan menang,” pungkas Salim Badjri. (bilal/arrahmah.com)