SIDON (Arrahmah.id) – ‘Israel’ telah meningkatkan ketegangan regional pekan ini dengan serangan udara di kota pesisir Sidon di Lebanon, yang menargetkan Khalil al-Maqdah, seorang komandan senior di Brigade Syuhada Al-Aqsa, sayap bersenjata faksi Palestina Fatah, dan saudara dari Munir al-Maqdah, seorang tokoh senior dalam kelompok tersebut.
Pembunuhan ini, yang pertama terhadap seorang pemimpin Fatah sejak perang Gaza Oktober 2023 dan bentrokan Hizbullah-‘Israel’, mengirimkan pesan yang jelas bahwa semua faksi Palestina dipandang sebagai target yang sah, terlepas dari sikap atau lokasi mereka, dan menandakan kemungkinan perluasan operasi ‘Israel’ di Lebanon.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Rabu (21/8/2024) tak lama setelah serangan itu, Brigade Syuhada Al-Aqsa mengonfirmasi kematian al-Maqdah, dan menggambarkannya sebagai “salah satu pemimpin dewan militer di Tepi Barat, salah satu inovator dan perencana paling terkemuka dalam peluncuran Brigade di Tepi Barat… di saat banyak pemimpin Fatah menelantarkan putra-putra Brigade di Tepi Barat”.
Al-Maqdah dilaporkan memainkan peran logistik dan operasional penting dalam upaya perlawanan Palestina, memfasilitasi koordinasi antara faksi-faksi di Lebanon dan Tepi Barat.
Ia memiliki hubungan kuat dengan saudaranya, Munir al-Maqdah, tokoh kunci lainnya dalam perjuangan bersenjata Palestina, khususnya di kamp pengungsi Ain al-Hilweh.
Saudara-saudara itu telah kembali menguasai kamp pengungsi Palestina di Lebanon selatan setelah Fatah kehilangan otoritas di sana pada 1993 menyusul penandatanganan Perjanjian Oslo.
Sejak 7 Oktober, saudara-saudara al-Maqdah menerima delegasi Hamas beberapa kali di kamp tempat mereka bermarkas.
Mereka juga memainkan peran utama dalam upaya untuk mendekatkan dua gerakan Palestina yang bertikai, baik di Lebanon maupun di luar negeri.
‘Israel’ mengatakan bahwa kedua bersaudara itu terlibat dalam pemberian dukungan finansial dan logistik kepada pejuang Palestina di Tepi Barat.
Munir, yang memimpin Brigade Syuhada Al-Aqsa di Lebanon, dituduh oleh ‘Israel’ pada Maret mengatur pergerakan senjata dari Iran ke Tepi Barat yang diduduki, dengan ‘Israel’ mengklaim telah menyita beberapa senjata modern ini.
Lamis Andoni, seorang jurnalis, penulis, dan akademisi Palestina mengatakan kepada TNA bahwa pembunuhan Khalil berfungsi sebagai “pesan bagi Fatah dan faksi lain di Lebanon”, memperingatkan mereka agar tidak berkolaborasi dengan Hizbullah — seperti yang dilakukan kelompok Palestina lainnya, dengan melancarkan serangan ke ‘Israel’ utara dari tanah Lebanon.
Andoni menambahkan bahwa pembunuhan terbaru ini merupakan pesan kepada kelompok-kelompok Palestina bahwa “di mata ‘Israel’, semua kelompok Palestina dipandang dengan sudut pandang yang sama” dalam kampanye agresi yang tak pandang bulu.
Tak lama setelah pengumuman kematian saudaranya, Munir mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan di televisi bahwa “pembunuhan membuat kita lebih kuat dan kematiannya [Khalil] merupakan jalan menuju pembebasan al-Aqsa dan kesyahidannya ini merupakan lambang kehormatan bagi semua poros perlawanan dan setelah sepuluh bulan perlawanan masih tetap kokoh di lapangan”.
“Insya Allah, semoga darah para syuhada menjadi pedang di leher pemerintah penjajah dan para pemukim ilegal ini hingga tuntas dari seluruh Palestina,” imbuhnya. (zarahamala/arrahmah.id)