(Arrahmah.com) – Pada Sabtu (3/10/2015), Rusia meluncurkan serangan udara di sebuah peternakan pedesaan Idlib Suriah. Pasukan Rusia berdalih bahwa peternakan yang terletak di Ihsem tersebut merupakan basis operasi untuk pemberontakan dan juga digunakan sebagai depot amunisi. Sebanyak 10 warga sipil yang terdiri dari anak-anak dilaporkan tebunuh dalam serangan itu. Lantas, siapakah sebenarnya yang menjadi target teror Rusia? Berikut kesaksian sejumlah saksi yang berada di lokasi ketika serangan tanpa pandang bulu itu terjadi.
- Kadour Al-Zaim: Pemilik peternakan
Siapa yang menjadi korban serangan itu?
Gadis kecil berusia 6 tahun.
Siapa namanya?
Kawthar.
Apakah dia tidak pergi ke sekolah?
Tidak. Kami adalah warga sipil. Kami berada di desa dan desa ini di serang. Kami adalah pengungsi sejak 2 tahun lalu. Kemudian kami menetap di peternakan unggas dengan keluarga kakak dan pamanku. Kami menyiapkan sarapan dan aku pergi selama dua menit untuk mengumpulkan beberapa kayu untuk perapian dan untuk memasak. Setelah aku pergi, aku mendengar suara rudal. Aku melihat ke arah peternakan untuk melihat rudal-rudal yang mengebom peternakan.
2. Rasem Al-Hammade: Seorang anggota pertahanan sipil
Kami tengah bertugas pada hari Sabtu, 3 Oktober 2015. Dua serangan udara Rusia terjadi di antara desa “Ihsem” dan “Bara”. Observatorium menyeru kami melalui radio untuk pergi ke tempat ledakan dengan ambulans.
3. Abu Fares: Seorang petugas medis di Orient.org untuk bidang medis
Kami mendengar ledakan. Melalui radio mereka meminta ambulans untuk pergi ke “Ihsem”. Aku menyalakan mobilku, mengajak serta seorang teman perawat bersamaku dan melaju secepat mungkin. Kami tiba di lokasi. Tempat itu tadinya merupakan dua flat, namun yang tersisa hanyalah 1 meter puing reruntuhan. Dan mereka yang terbunuh terkubur di bawahnya, semoga Allah merahmati mereka. Mereka semua adalah anak-anak perempuan, yang tertua baru berusia 14 tahun.
4. Fatima Al-Zaim: Putri pemilik peternakan
Saat itu kami baru akan masuk, tapi kaca-kaca berjatuhan dengan keras. Dan dinding runtuh ke arah kami. Kami terlempar, tapi ibu dan adikku berada di bawah tumpukan batu. Kakiku patah, ada pecahan bom di punggungku, luka di tanganku dan sebagian di jariku.
Kadour menambahkan:
Keluarga kami terdiri dari tujuh anggota yang tinggal di peternakan unggas ini. Kami beternak anak ayam. Mereka mengklaim bahwa kami adalah teroris dan mereka mengklaim ada sebuah kamp militer di sini! Bisakah kalian melihat itu di sini? Tidak ada kamp di sini, kami hanyalah warga sipil, kami melarikan diri dari serangan udara Suriah namun kemudian kami ditargetkan oleh serangan udara Rusia. Ke mana kami bisa pergi?
Abu Fares menutup rangkaian kesaksian ini:
Aku merenungkan tentang seorang ayah yang begitu terpukul melihat jasad hancur gadis kecilnya. Kami “sebagai petugas medis” juga merasakan hal itu, karena kami melihat hal seperti itu setiap hari. Tapi aku rasa ia begitu tabah bisa melihat jasad hancur anaknya dengan penuh kesabaran. Itu merupakan karunia dari Allah. Bahkan air matanya begitu membuat lara. Semoga Allah memberikan kesabaran untuknya dan untuk semua korban di Suriah. Saat kami tengah menyelamatkan mereka, serangan udara menyerang kami lagi. Kami mendapati seorang syuhada dari pertahanan sipil dan seorang lagi mengalami luka parah di kakinya. Dalam serangan ini aku juga mengalami cedera. Alhamdulillah atas segalanya.
(banan/arrahmah.com)