WASHINGTON (Arrahmah.id) — Tewasnya pemimpin Islamic State (ISIS) Abu Ibrahim Al Quraisy pasca serangan pasukan Amerika Serikat (AS) di Atmah menimbulkan tanda tanya siapa pengganti berikutnya. Hingga kini, ISIS sendiri belum mengeluarkan pernyataan terkait kematian pemimpinnya dan siapa penerusnya.
Krisis kepemimpinan dan sumber daya yang mumpuni nampaknya sedang dialami ISIS saat ini. Banyaknya tokoh mereka yang tewas dan ditangkapi membuat suksesi kepemimpinan menjadi terhambat. Namun, semua anggapan itu tidak sepenuhnya benar. ISIS masih menyisakan seorang bernama Bashar Khattab Ghazal al Sumaidai, ungkap New Lines (16/2/2022).
Al Sumaidai dikenal dengan banyak nama alias mulai dari Ustadz Zaid, Abu Khattab al Iraqi, Abu al Moez al Iraqi, dan Abu Ishaq. Dia masuk kembali ke Suriah dari Turki sekitar setahun yang lalu.
Berdasarkan informasi orang-orang terdekat yang diperoleh New Lines dan Al Arabiya, Al Sumaidai mempunyai garis keturunan yang menyambung dengan Nabi Muhammad. Dia berasal dari suku yang sama dengan mufti agung Sunni Irak saat ini, Mahdi bin Ahmed al Sumaidai.
Diduga Al Sumaidai bergabung dengan ISIS pada tahun 2013, tepat sebelum Abu Bakr al Baghdadi menyatukan ISI dengan afiliasinya di Suriah (Jabhah Nusrah) dan menamainya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Sebelumnya dia adalah anggota kelompok Ansar al Islam, sebuah organisasi tua di Irak utara yang terdiri dari veteran jihad Irak dan Arab di Afghanistan dan Chechnya, yang telah berdiri dari tahun 2001 dan melakukan perlawanan terhadap Kurdi dan Saddam Hussain sepanjang 1990-an dan 2000-an.
Pada 2013, sisa-sisa anggota kelompoknya pergi ke Suriah untuk membantu warga Suriah memerangi rezim Bashar Assad. Di Suriah, banyak anggota Ansar al Islam di Diyala dan Kirkuk yang bergabung dengan ISIS.
Menurut New Lines, ketika Al Sumaidai bergabung dengan ISIS, dia langsung diberikan beberapa jabatan penting mengingat latar belakang dia di kelompok sebelumnya. Dia dijadikan Imam di pusat keagamaan ISIS di Bab Al Jadid, dimana sejumlah besar ulama dan hakim ISIS dilahirkan disana. Informasi ini didapat dari salah satu muridnya yang ditangkap pada 2019. Dia mengkonfirmasi ke jaringan TV Irak Al Irakya terkait peran kunci yang dimainkan oleh Sumaidai. Siswa tersebut, Qassem Mohammed atau Abu Hamzah, juga memulai dirinya masuk ke arena jihad sebagai anggota Ansar al Islam di Baaj dan bergabung dengan ISI pada awal 2009. Abu Hamza mengklaim bahwa mantan mentornya ditunjuk sebagai hakim kepala ISIS sekitar tahun 2014 pasca kelompok tersebut merebut Mosul dan mendeklarasikan kekhilafahan.
Al Sumaidai pun dikenal dekat dengan Al Quraisy, pemimpin ISIS yang baru saja tewas. Al Quraisy adalah orang di balik penunjukannya sebagai “qadi al dam,” seorang hakim yang mengkhususkan diri dalam kasus pembunuhan atau hukuman mati di Mosul sekitar tahun 2014. Hubungan dekat antara keduanya dikonfirmasi oleh wartawan BBC Feras Kilani. Mengutip intelijen Irak, Kilani melaporkan bahwa Al Quraisy bekerja dengan Sumaidai setelah pembunuhan Al Baghdadi untuk melakukan restrukturisasi organisasi bersama dengan dua pembantu lainnya, Haji Hamed dan Haji Tayseer. Ketika Al Quraisy mengambil alih kepemimpinan ISIS pada akhir 2019, Sumaidai diangkat menjadi anggota badan eksekutifnya sekaligus hakim tinggi.
New Lines mengungkap bahwa Al Sumaidai telah meninggalkan Suriah ke Turki selatan pada tahun 2017 pasca ISIS terusir dari kota Raqqa. Sekitar setahun yang lalu, dia kembali ke Suriah. Kepulangannya,menurut intelejen AS, kemungkinan untuk menghidupkan kembali kelompok itu.
Kembalinya Al Sumaidai ini, menurut New Lines dirasakan sangat diperlukan ISIS karena beberapa hal berikut ini: Dia adalah salah satu tokoh kelas berat yang masih tersisa di tubuh ISIS; Dia dikenal dekat dengan 2 pemimpin ISIS yang telah tewas jauh sebelum kekhilafahan didirikan ISIS; dan Dia merupakan anggota dengan peringkat tertinggi.
Terlepas Al Sumaidai memiliki ilmu yang mumpuni dan garis keturunan yang jelas, apabila suksesi kepemimpinan ISIS sampai terjadi pada dirinya, ini tidak menutupi bahwa ISIS telah retak dan melemah. Kelompok ini telah banyak kehilangan tokoh-tokoh utamanya. Tokog-tokoh kharismatik sekelas juru bicara ISIS Abu Muhammad al Adnani dan mantan ajudan khalifah Abu Ali Anbari sulit untuk mereka temukan lagi. (hanoum/arrahmah.id)