GAZA (Arrahmah.id) – Banyak perubahan telah terjadi di Suriah sejak Bashar al-Assad digulingkan dari kekuasaan pada 8 Desember oleh kelompok oposisi yang dipimpin oleh Ha’iah Tahrir Syam (HTS).
Pemerintahan sementara yang baru telah melakukan upaya cepat untuk merestrukturisasi lembaga-lembaga negara setelah puluhan tahun pemerintahan keluarga Assad.
Penunjukan terakhir yang dilakukan oleh pemimpin de facto Suriah Ahmad al-Sharaa, adalah Anas Khattab, berusia 37 tahun dari kota Giroud di pedesaan Damaskus, yang diangkat sebagai kepala intelijen baru negara itu.
Khattab adalah tokoh terkemuka di HTS dan secara luas dianggap sebagai salah satu tokoh yang paling dekat dengan Ahmad al-Sharaa.
Berbagai laporan menyatakan ia berbicara dua bahasa, sangat berbudaya dan mampu bertahan dari beberapa serangan militer, termasuk serangan Amerika pada 2014 di sebelah timur Deir az-Zour.
Dia telah lama diselimuti misteri, lebih memilih untuk tidak menjadi pusat perhatian.
Tidak ada foto dirinya yang dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir, kecuali satu foto yang menunjukkan dia saat masih muda.
Pada 2012 dan 2014, AS dan PBB masing-masing memasukkannya dalam daftar terorisme internasional.
Dia adalah wakil pertama al-Sharaa dan bertanggung jawab atas masalah keamanan di HTS, yang membuatnya sangat penting.
Karier di bidang keamanan dan intelijen
Menurut Syria TV, Khattab memiliki riwayat bekerja di bidang keamanan dan intelijen dan pindah ke Irak di usia muda selama invasi AS 2003, sebelum ia mengambil alih komando perbatasan dengan Suriah yang saat itu merupakan wilayah Negara Islam di Irak, sehingga ia mendapat julukan ‘Abu Ahmad Hudud’ (hudud berarti perbatasan dalam bahasa Arab).
Dia kemudian bergabung dengan Jabhah Nusrah pada 2012, yang merupakan nama awal HTS, dan menjadi kenalan dekat al-Sharaa.
Menurut beberapa laporan, Komite Sanksi Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa Khattab secara teratur berkomunikasi dengan pimpinan Al-Qaeda di Irak untuk mendapatkan dukungan finansial dan material, memfasilitasi pendanaan dan senjata untuk Jabhah Nusrah.
Laporan menyatakan ia kemudian mendirikan dinas keamanan umum dan pasukan keamanan yang kuat untuk al-Sharaa.
Pengangkatan Khattab telah menuai sejumlah kritik dari para analis, yang khawatir peran barunya dapat membangkitkan keberanian para ekstremis atau menggagalkan upaya untuk menstabilkan kawasan.
Sejak kelompok perlawanan yang dipimpin oleh Ha’iah Tahrir Syam (HTS) menggulingkan rezim Assad awal bulan ini, mereka kini menghadapi tugas besar untuk menjaga negara multisektarian dan multietnis serta menangani banyak masalah ekonomi dan sosial.
Dengan 500.000 orang tewas dalam perang – yang dipicu oleh tindakan keras Assad terhadap protes demokrasi – dan lebih dari 100.000 orang hilang, otoritas baru juga telah menjanjikan keadilan bagi para korban pelanggaran di bawah penguasa yang digulingkan itu. (zarahamala/arrahmah.id)