JAKARTA (Arrahmah.com) – Seseorang bernama Syaikh Idahram telah menyulut perdebatan seputar Wahabi setelah menulis buku berjudul “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi” yang diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta. Dalam resensi buku tersebut dijelaskan bahwa beberapa ulama Islam kontemporer menyatakan kekeliruan dan penyimpangan Salafi Wahabi yang mengakibatkan dakwah Salafi Wahabi ditentang dimana-mana. Benarkah demikian?
Buku “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”, pesanan siapa?
Tidak bisa disangkal, ada gerakan dan konspirasi besar untuk hancurkan dakwah tauhid, terutama yang dimurnikan kembali oleh Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Beberapa buku sengaja ditulis untuk memuluskan usaha tersebut, di samping forum-forum kajian dan pembahasan buku tersebut yang entah disponsori siapa.
Beberapa buku hujatan kepada Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dan dakwahnya adalah : “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi”, “Mereka Memalsukan Kitab-kitab Karya Ulama Klasik”, dan “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi”.
Buku “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi” ditulis oleh seseorang dengan nama samaran Syaikh Idahram, dan diterbitkan oleh LKiS Yogyakarta yang dikenal sebagai penerbit buku-buku liberal, sekuler, dan anti Islam.
Dalam buku setebal 340 halaman tersebut, Syaikh Idahram menganggap Salafi Wahabi adalah sekte atau aliran dalam Islam yang menggerus otensitas ajaran Islam karena memiliki berbagai kerancuan dan penyimpangan. Dengan alasan ini pula, Syaikh Idahram yang ditengarai bernama asli Marhadi (kebalikan dari nama Idahram) menganggapp dakwah Salafi Wahabi ditentang dimana-mana dan digugat dari berbagai mahzab.
Syaikh Idahram dalam resensi buku tersebut yang ditulis oleh Abdul Aziz MM, Sekjen Renaisant Institute, Yogyakarta, menyebutkan beberapa ulama Islam kontemporer yang menyatakan kekeliruan dan penyimpangan Salafi Wahabi, seperti Prof Dr Ali Gomaa (ulama besar Al-Azhar Mesir), Prof Dr Yusuf Qaradhowi (pemikir terkemuka Qatar asal mesir), Prof Dr Abdullah al-Ghimari (guru besar ilmu hadis Maroko), Abdullah al-Harari al-Habasyi (guru besar hadis Australia asal Habasyah) dan masih banyak lagi, ungkapnya. Benarkah demikian?
Ulama-Ulama Juga Puji Wahabi
Sebagai seorang Muslim, kita tentunya harus bersikap adil kepada Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, dan juga kepada dakwah Salafi Wahabi yang selama ini banyak dicerca dan digugat oleh kalangan tertentu yang “gerah” dengan dakwah tauhid beliau.
Selain mengetahui dengan jelas dan tegas, dari sumber-sumber yang “adil” tentang biografi Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, kita juga perlu mengetahui pendapat-pendapat ulama yang lurus dan ikhlas, tentang siapa Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dan bagaimana dakwahnya.
Berikut beberapa pujian ulama dan tokoh dunia kepada Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, rahimahullah, yang ditulis oleh ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray hafidzhahullah dalam buku “Salafi, Antara Tuduhan dan Kenyataan” penerbit TooBagus sebagai bantahan terhadap buku “Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” karya Syaikh Idahram, semoga bermanfaat!
1. Al-Imam Al-Amir Muhammad bin Ismail Ash-Shon’ani (Penulis Kitab Subulus Salam syarah Bulughul Marom, Yaman). Beliau berkata dalam bait-bait syairnya,
“Muhammad (bin Abdul Wahhab) adalah penunjuk jalan kepada sunnahnya Ahmad (shallallahu ‘alaihi wa sallam), Aduhai betapa mulianya sang penunjuk dengan yang ditunjuk. Sungguh telah mengingkarinya semua kelompok (sesat). Pengingkaran tanpa dasar kebenaran dan tanpa pijakan.”[1]
2. Al-Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukani (Penulis Kitab Nailul Authar, Yaman). Ketika sampai berita kematian Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah, Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah pun merangkai bait-bait syairnya,
“Telah wafat tonggak ilmu dan pusat kemuliaan, Rujukan utama orang-orang pilihan yang mulia. Ilmu-ilmu agama nyaris hilang bersama wafatnya, Wajah kebenaran pun hampir lenyap tertelan derasnya arus sungai.”[2]
3. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho (Pimpinan Majalah Al-Manar,[3] Mesir). Beliau berkata,
“Zaman yang telah banyak tersebar bid’ah ini, tidak akan pernah berlalu tanpa adanya ulama rabbaniyyin yang terpilih untuk memperbarui kembali bagi umat ini urusan agama mereka dengan dakwah dan ta’lim serta teladan yang baik.
Mereka adalah orang-orang terpilih yang menafikkan dari agama ini; penyimpangannya orang-orang yang melampaui batas, kedustaan dengan mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh orang-orang yang sesat dan penakwilan orang-orang jahil, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab di antara ulama pembaharu yang terpilih itu. Beliau bangkit untuk mengajak kepada tauhid dan memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata, meninggalkan bid’ah dan kemaksiatan.”[4]
4. Syaikh Muhammad Hamid Al-Faqi (Ulama Al-Azhar, Mesir). Beliau berkata,
“Al-Wahhabiyyah adalah penisbatan kepada seorang Imam Al-Mushlih (yang mengadakan perbaikan), Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, beliau adalah Mujaddid (pembaharu) abad ke-12 Hijriyah. Namun penisbatan nama Wahabi kepada beliau salah menurut bahasa Arab, yang benar penisbatannya adalah Muhammadiyyah (bukan Wahabiyah), karena nama beliau Muhammad bukan Abdul Wahhab.”[5]
5. Dr. Thaha Husain (Sastrawan, Mesir). Beliau berkata,
“Sungguh dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah mazhab baru namun hakikatnya lama, kenyataannya ajaran ini memang baru bagi orang-orang yang hidup di zaman ini, tetapi hakikatnya lama. Sebab dakwah beliau tidak lain hanyalah ajakan yang kuat kepada Islam yang murni, bersih lagi suci dari noda-noda syirik dan paganisme.”[6]
6. Dr. Taqiyyuddin Al-Hilali (Ulama Iraq). Beliau berkata dalam muqaddimah kitab, ‘Muhammad bin Abdul Wahhab Muslihun Mazlumun wa Muftara ‘Alaihi’,
“Tidak samar lagi bahwa Al-Imam Ar-Rabbani Al-Awwab Muhammad bin Abdul Wahhab bangkit dengan dakwah hanifiyyah (tauhid), beliau telah melakukan pembaharuan kembali zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dan beliau mendirikan daulah yang mengingatkan manusia dengan daulah Khulafaur Rasyidin.”[7]
7. Syaikh Mahmud Syukri Al-Alusi (Ulama Iraq)
Beliau berkata, “Baliau (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab) termasuk ulama yang selalu memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang dari yang munkar, dahulu beliau mengajarkan sholat dan hukum-hukumnya serta seluruh rukun-rukun agama, beliau juga selalu memerintahkan untuk berjama’ah.”[8]
8. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Penulis Kitab Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Syam). Beliau berkata,
“Ibnu Abdil Wahhab memulai dakwahnya pada tahun 1143 H atau 1730 M, beliau mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dakwah beliau adalah pelopor kebangkitan baru di seluruh dunia Islam. Beliau sangat memprioritaskan dakwahnya kepada tauhid yang merupakan tiang Islam, yang pada kebanyakan manusia telah tercampur dengan kerusakan-kerusakan (aqidah).”[9]
9. Syaikh Ahmad bin Hajar bin Muhammad Alu Abu Thaami (Hakim Pengadilan Syari’ah, Qatar).
Pujian beliau kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab tertuang dalam satu kitab karya beliau yang berjudul, “Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da’watuhu Al-Ishlahiyyah wa Tsanaul Ulama ‘Alaihi”, yang berarti, “Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Aqidahnya Salafiyah dan Dakwahnya Perbaikan dan Pujian Ulama Kepadanya.” Cetakan kedua buku ini diberi kata pengantar dan dikoreksi beberapa bagiannya oleh Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah.
10. Syaikh Muhammad Basyir As-Sahsawani (Ulama Ahli Hadits, India)
Pujian beliau kepada Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah juga tertuang dalam satu kitab karya beliau yang berjudul, ‘Shiyanatul Insan ‘an Waswasati Syaikh Dahlan’, kitab ini merupakan bantahan terhadap kedustaan-kedustaan Ahmad Zaini Dahlan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Notes :
[1] Diwan Ash-Shon’ani, hal 128-129, sebagaimana dalam Majmu’atur Rosaail At-Taujihaat Al-Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama’, 3/239.
[2] Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da’watuhu Al-Ishlahiyyah wa Tsanaul Ulama ‘alaihi, hal. 60.
[3] Konon kabarnya majalah Al-Manar ini disebarkan oleh As-Surkati (pendiri Al-Irsyad) di Indonesia, walaupun Al-Irsyad sendiri –menurut saudara Idahram (pada catatan kaki nomor 31, hal. 43)- nampaknya tidak mau dihubung-hubungkan dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah wa hadaahum.
[4] Muqaddimah Shiyanatul Insan, hal. 5, sebagaimana dalam Majmu’atur Rosaail At-Taujihaat Al- Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama’, 3/239.
[5] Majmu’atur Rosaail At-Taujihaat Al- Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama’, 3/240.
[6] Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da’watuhu Al-Ishlahiyyah wa Tsanaul Ulama ‘alaihi, hal. 69.
[7] Majmu’atur Rosaail At-Taujihaat Al- Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama’, 3/240.
[8] Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu As-Salafiyyah wa Da’watuhu Al-Ishlahiyyah wa Tsanaul Ulama ‘alaihi, hal. 65.
[9] Majmu’atur Rosaail At-Taujihaat Al- Islamiyah Li Ishlahil Fardi wal Mujtama’, 3/242.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/dbs/arrahmah.com)