WASHINGTON (Arrahmah.id) – Gedung Putih AS dan Departemen Luar Negeri telah bergerak untuk meyakinkan pemerintah “Israel” bahwa mereka tidak terlibat dalam keputusan FBI untuk membuka penyelidikan atas pembunuhan jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh, Axios melaporkan pada Kamis (17/11/2022).
Pejabat AS dan “Israel” mengatakan kepada outlet berita bahwa keputusan itu diambil setelah pemilihan “Israel” baru-baru ini, dengan Departemen Kehakiman memberi tahu Tel Aviv hanya tiga hari setelah pemungutan suara.
“Israel” menekan duta besar AS Tom Nides tentang masalah tersebut, namun dia mengatakan dia tidak mengetahui penyelidikan tersebut.
“Kami berbicara dengan setiap pejabat administrasi Biden yang bekerja dengan kami dan memperjelas betapa marahnya kami,” kata seorang pejabat senior “Israel” kepada Axios.
Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri kemudian meyakinkan “Israel” bahwa mereka tidak berada di belakang langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan menegaskan bahwa itu tidak bermotivasi politik.
Meskipun demikian, pejabat senior “Israel” secara terbuka mengecam penyelidikan tersebut, bersikeras bahwa “Israel” tidak akan bekerja sama dengannya.
“Keputusan yang diambil oleh Departemen Kehakiman AS untuk melakukan penyelidikan atas meninggalnya Shireen Abu Akleh yang tragis, adalah sebuah kesalahan,” cuit Menteri Pertahanan “Israel” Benny Gantz pada Senin (14/11). “IDF telah melakukan penyelidikan profesional dan independen, yang disampaikan kepada pejabat Amerika yang rinciannya dibagikan.”
Tweet tersebut terkait pertemuan tegang antara Gantz dan pejabat AS awal bulan ini, di mana menteri “Israel” menjelaskan bahwa “Israel” tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan tersebut, menurut pejabat “Israel” yang berbicara dengan Axios.
Para pejabat menambahkan bahwa mereka mengatakan kepada Washington untuk “memperbaiki situasi” sebelum dipublikasikan, untuk menghindari krisis bilateral.
“Israel” awalnya menolak bertanggung jawab atas pembunuhan Abu Akleh dan mengklaim bahwa pejuang Palestina-lah yang menembak jurnalis veteran tersebut. Pada September, “Israel” mengakui bahwa Abu Akleh kemungkinan besar ditembak oleh salah satu tentaranya.
Namun, enam bulan setelah pembunuhan, tidak ada individu yang dimintai pertanggungjawaban.
Keluarga Abu Akleh telah menyerukan penyelidikan independen atas pembunuhan tersebut di Mahkamah Internasional.
“Israel” mengatakan telah melakukan penyelidikan sendiri, namun tidak ada tindakan yang diambil terhadap tentara “Israel” mana pun.
Investigasi Militer “Israel” telah lama menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia dan warga Palestina yang menuduh bahwa mereka tidak independen atau efektif, mengutip tingkat dakwaan yang rendah. (zarahamala/arrahmah.id)