Jakarta (Arrahmah.Com) – Sebuah pendapat aneh dan nyeleneh muncul dari Shinta Nuriyah Wahid, Istri Gus Dur. Di depan karyawan Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi (RSMKB), wanita yang sehari-hari hanya mengenakan kerudung ini mengatakan bahwa leher wanita tidak mengapa diperlihatkan, karena bukan aurat.
Peryataan yang bertentangan dengan ayat-ayat Allah SWT di dalam Al Qur’an dan banyak hadits Rasulullah SAW ini disampaikan oleh Shinta Nuriah Wahid dalam rangka memantapkan manejemen RSMKB yang sedang kesandung masalah akibat melarang seorang karyawatinya untuk mengenakan jilbab syar’i ketika melaksanakan tugas di RSMKB.
Shinta Nuriyah Wahid memang diundang berbicara oleh pihak manejemen RSMKB dalam rangka menjelaskan bagaimana aurat menurut pemahaman Islam. Sayangnya, alih-laih mendapatkan penjelasan yang syar’i dan nyunnah, peserta disodorkan pendapat yang aneh dan nyeleneh, hasil pemahamannya sendiri tentang aurat wanita.
Ketetapan Aurat Wanita
Entah memang tidak tahu atau sengaja menyembunyikan ilmu, Shinta Nuriyah Wahid seharusnya memahami dan menjelaskan ketetapan tentang aurat yang sudah diatur dalam hukum Islam. Aurat dalam hukum Syara’ telah ditetapkan dengan jelas, yaitu untuk kaum wanita (muslimah) meliputi seluruh anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Leher adalah aurat, tangan merupakan aurat, begitu juga dengan kaki dan juga rambut, meskipun sehelai rambut, telinga dan raut muka juga merupakan aurat. Oleh karena itu seorang muslimah seharusnya menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan dari laki-laki asing baik itu muslim atau bukan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka, kecuali yang biasa nampak dari mereka…”(QS. An-Nur:31).
Apa yang biasa nampak adalah muka dan telapak tangan yang mana ini berlaku bagi para muslimah,apakah sedang shalat atau mengerjakan haji, atau di hadapan Rasulullah saw yang diamnya menjadi bukti bahwa beliau tidak keberatan. Sebagaimana keterangan Rasulullah saw yang berkata kepada Asma’:
“Wahai Asma’ jika seorang wanita telah baligh, tidak ada bagian dari tubuhnya yang ditampakkan kecuali ini dan ini (menunjuk pada muka dan telapak tangannya).”
Ketetapan tentang aurat mengharuskan warna kulit harus disembunyikan, baik itu hitam, putih, merah atau coklat. Jika pakaian tersebut transparan, dan menampakkan warna kulit, maka tidak sah sebagai penutup aurat, oleh karena itu dianggap bahwa aurat ditampakkan dan tidak tertutup. Hukum Syara’ memerintahkan untuk menyembunyikan kulit dengan menyembunyikan warnanya. Dan bukti tentang ini diambil dari kisah Aisyah ra:
Asma’ binti Abu Bakar memasuki rumah Rasulullah SAW untuk mengunjungi saudaranya Aisyah dan dia memakai pakaian yang tipis (transparan) lalu beliau memalingkan muka dan berkata: :”Wahai Asma’ jika seorang wanita telah baligh, tidak ada bagian dari tubuhnya yang ditampakkan kecuali ini dan ini (menunjuk pada muka dan telapak tangannya).”
Sehingga pakaian yang tipis dianggap oleh Rasulullah saw sebagai pakaian yang menampakkan aurat, maka tidak sah sebagai penutup aurat. Bukti yang lain dari apa yang diceritakan Usama ibnu Zaid, ketika Rasulullah saw bertanya padanya tentang apa yang ia lakukan dengan kobtya (baju tipis) itu, Usama berkata bahwa ia memberikannya untuk dipakai istrinya. Lalu beliau berkata:
“Katakan padanya untuk memakai beberapa lapisan di bawah bajunya (kobtya), aku khawatir akan lekuk tubuhnya kemungkinan masih terlihat”.
Agenda Terselubung
Dari seluruh keterangan ini sangat jelas bahwa leher wanita adalah aurat yang harus ditutup, berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits yang shahih. Dengan demikian menjadi sebuah pertanyaan, syetan mana yang membisikkan Shinta Nuriyah Wahid sehingga berhujjah bahwa leher bukanlah aurat dan tidak mengapa diperlihatkan. Bukankah ini sebuah perkataan yang bertentangan dengan Al Qur’an dan Al Hadits yang wajib ditolak dan dibuang jauh-jauh.
Pernyataan Shinta Nuriyah Wahid bahwa leher bukanlah aurat jelas-jelas sebuah peryataan yang menyesatkan umat Islam, khususnya yang menghadiri acara tersebut. Bisa jadi ada agenda terselubung dari Shinta Nuriyah Wahid, yakni ide feminisme liberal yang sengaja ditiupkan di setiap kesempatan.
Alhamdulillah, ada seorang pembaca Arrahmah.com yang menyampaikan masalah penting ini ke redaksi setelah mendengar berita di Radio Fajri FM pada tanggal 8 januari 2009. Semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Insya Allah! (M.Fachry/Arrahmah.Com)