(Arrahmah.com) – Anak sulung saya bertanya, “Umi, jadi Kakak pilih SBMPTNnya yang mana?” Ia punya pilihan yang terbaik ada dua, namun pilihan ketiga, Ia belum punya.
Saya menjawab, “Sholat Istikhoroh, semoga Allah memberi petunjuk jalan terbaik.” Saya melanjutkan, “ Bahkan bila tidak ada satupun pilihan yang lolos, maka itulah yang terbaik. Ada skenario yang memang sudah ditetapkan untuk Kakak.” Ia setuju. Saya yakin, ia memahaminya dengan pemahaman yang benar. Pengalaman hidupnya lebih dari seusianya.
Selanjutnya salah seorang Ukhti, saudari seiman di sebuah grup WhatsApp, juga bertanya, “Umi, jadi baiknya saya bagaimana menghadapi suami yang akan menikah lagi?”
Saya pun menjawab,” Sholat istikhoroh.” Sepertinya ia bingung.
“Yang mau menikah itu Suami saya Um?” Katanya memastikan lagi. Ini perbincangan via WhatsApp ya.
“Iya Ukhti teruslah sholat istikhoroh agar Allah memberi petunjuk pilihan sikap terbaik yang harus Ukhti lakukan.”
Saya hanya menganjurkan untuk mengikuti jalan yang Allah taqdirkan. Bila itu ujian, maka jalanilah dengan upaya terbaik yang menyebabkan kita lulus derajad menaiki kelas yang lebih tinggi. Bila kita tidak bisa bertahan menghadapi ujian tersebut, maka berhenti dulu beralih kepada taqdir lain dengan ujian yang lain. Beralihnya kita kepada taqdir yang lain, itupun adalah hasil pilihan melalui sholat istikhoroh, sebuah pilihan sikap menghadapi kenyataan.
Ada lagi seorang ibu yang menghadapi ujian untuk mempertahankan pernikahannya. Ternyata kondisinya berat baginya untuk bertahan dalam pernikahan. Ibadahnya terganggu dan ia begitu sulit untuk bersikap ma’ruf kepada suaminya. Ia tersiksa dalam kondisi seperti itu. Akhirnya ia bercerai dengan suaminya dan memilih menghadapi ujian yang baru.
Kondisi yang baru membuatnya lebih tenang beribadah dan beramal kebaikan. Tidak apa, perceraian juga bisa menjadi solusi terakhir yang Islami dalam kasus-kasus rumah tangga yang hilang Samara (Sakinah Mawaddah wa Rahmah). Namun yang penting dilakukan selalu dalam menghadapi pilihan-pilihan hidup dan sikap adalah: Sholat Istikhoroh.
Doa dan sholat adalah sarana bagi setiap muslim untuk berkomunikasi langsung dengan Allah Azza wa Jalla. Bahkan Allah telah memberikan cara ini kepada kita untuk “bertemu” denganNya, mengadukan seluruh persoalan kita, memohon kepadaNya untuk memilihkan pilihan sikap terbaik dan memohon kepadaNya agar kita diberi kesanggupan untuk menjalaninya.
Seorang Ibu yang lain menyampaikan kepada saya kalau dia sudah sholat istikhoroh, tapi belum ada jawaban. Saya menyampaikan padanya, sholatlah terus hingga ada sinyal dari Allah yang bisa terbaca oleh ibu itu. Apakah itu mimpi atau yang lain? Ia bertanya. Saya menjawab, apapun itu. Karena ketika kita menyerahkan urusan kita kepada Allah dengan ikhlas dan sungguh-sungguh, maka kita akan terhubung langsung denganNya tanpa penghalang.
Ketika kita memohon dalam hubungan yang terkoneksi langsung ini, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan jawaban permohonan kita secara langsung pula. Hanya kita yang bisa memahami, seperti apa jawaban dariNya. Untuk itu, kita harus meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima permohonan kita dan akan mengabulkannya.
Kita harus peka membaca jawabanNya yang bisa berupa sinyal-sinyal tertentu dari makhluk-maklukNya atau bahkan dari peristiwa alam semesta ciptaanNya. Wallahu a’lamu.
Sinyal-sinyalNya, bisa berupa mimpi, bisa berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi, bisa berupa kalimat yang seolah terfikirkan oleh kita. Semua bisa menjadi inspirasi yang disisipkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ke dalam qalbu kita. Inilah Inspirasi Ilahi.
Lalu berapa lama saya harus shalat istikhoroh? Tanya ibu itu lagi.
Yah, sampai Ibu merasa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjawabnya. Yang penting, lakukan koneksi langsung dengan Allah dan pasrahkanlah diri kita hanya kepadaNya.
Barangkali untuk sebuah masalah sederhana, cukup satu sinyal jawaban bisa meyakinkan seorang hamba, akan perhatian dan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Misalnya, memilih apakah kita akan mengikuti acara rihlah ke luar kota atau tidak.
Untuk masalah yang lebih serius seperti, apakah akan menerima lamaran seseorang atau tidak, barangkali memerlukan waktu seminggu atau lebih.
Untuk memilih apakah akan mempertahankan pernikahan atau tidak, barangkali memerlukan waktu sebulan lebih nonstop sholat istikhoroh. Wallaahu a’lam.
Terkadang sebuah masalah besar memerlukan begitu banyak sinyal jawaban untuk meyakinkan seorang hamba bahwa itulah jawaban dari Rabbnya. Bahkan hingga memerlukan berhari-hari kejadian-kejadian dan peristiwa yang semuanya memiliki serangkaian makna.
Hanya hambaNya yang meminta kepadaNya yang memahami bahwa itu adalah jawaban dariNya.
Subhanallah wal hamdulillaah wa laa ilaaha illa Allah. Allahu Akbar.
Barangkali pada sebuah keputusan yang sangat besar yang melibatkan kepentingan banyak orang atau masyarakat atau umat, seseorang harus memerlukan sholat istikhoroh selama dua bulan. Mungkin ini terkait kelompok dakwah atau Negara, maka tentu problemnya jauh lebih besar lagi. Wallaahu a’lamu.
Sesungguhnya tidak ada ketentuan tentang berapa kali seseorang mengulang istikharahnya. Namun upaya membangun kedekatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala harus diperjuangkannya. Tentu bagi hamba-hamba-Nya yang dekat dengan Allah, akan mudah baginya menangkap sinyal pesan dari Rabbnya. Sehingga tidak terlalu lama untuk menegakkan sholat istikharah.
Maka serahkanlah semua masalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita tak boleh sombong, merasa mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Laa haula wa laa quwwata illa billaah.
Bagaimana bentuk hasil dari sholat istikhoroh? Yakni kita mantap menjalankannya atau mantap meninggalkannya. Jika memang itu pilihan terbaik, maka Allah akan memudahkannya. Bila itu pilihan buruk, maka akan sulit menjalankannya atau ada keburukan yang membuat kita meninggalkannya. Wallahu a’lamu.
Yang penting, yakinlah bahwa Allah menjawab permohonan hambaNya.
Ingatlah: “Yas’aluhuu man fis samaawaati wal ardhi. Kulla yaumin Huwa fii sya’niin.” Apa yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. (QS Ar rahman: 29).
Yaa Robbi, sungguh Agung Kasih SayangMu kepada seluruh makhluk.
Fa biayyi aalaaa’i robbikumaa tukadzdzibaan: Maka nikmat TuhanMu manakah yang kamu dustakan? (QS Ar Rahman:30)
Sebagai penutup, inilah doa sholat Istikhoroh, yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. Berarti demikianlah doa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada hambaNya untuk menjalankannya, sesuai yang dikehendakiNya.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الاِسْتِخَارَةَ فِى الأُمُورِ كُلِّهَا ، كَمَا يُعَلِّمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ « إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ ، وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الأَمْرَ – ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ – خَيْرًا لِى فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – قَالَ أَوْ فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – فَاقْدُرْهُ لِى ، وَيَسِّرْهُ لِى ، ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى – أَوْ قَالَ فِى عَاجِلِ أَمْرِى وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِىَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ، ثُمَّ رَضِّنِى بِهِ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengajari para sahabatnya shalat istikhoroh dalam setiap urusan. Beliau mengajari shalat ini sebagaimana beliau mengajari surat dari Al Qur’an. Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian bertekad untuk melakukan suatu urusan, maka kerjakanlah shalat dua raka’at selain shalat fardhu, lalu hendaklah ia berdo’a: “Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlika, fa innaka taqdiru wa laa aqdiru, wa ta’lamu wa laa a’lamu, wa anta ‘allaamul ghuyub. Allahumma fa-in kunta ta’lamu hadzal amro (sebut nama urusan tersebut) khoiron lii fii ‘aajili amrii wa aajilih (aw fii diinii wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii) faqdur lii, wa yassirhu lii, tsumma baarik lii fiihi. Allahumma in kunta ta’lamu annahu syarrun lii fii diini wa ma’aasyi wa ‘aqibati amrii (fii ‘aajili amri wa aajilih) fash-rifnii ‘anhu, waqdur liil khoiro haitsu kaana tsumma rodh-dhinii bih”
Ya Allah, sesungguhnya aku beristikhoroh pada-Mu dengan ilmu-Mu, aku memohon kepada-Mu kekuatan dengan kekuatan-Mu, aku meminta kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Sesungguhnya Engkau yang menakdirkan dan aku tidaklah mampu melakukannya. Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku tidak. Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut urusan tersebut) baik bagiku dalam urusanku di dunia dan di akhirat, (atau baik bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku), maka takdirkanlah hal tersebut untukku, mudahkanlah untukku dan berkahilah ia untukku. Ya Allah, jika Engkau mengetahui bahwa perkara tersebut jelek bagi agama, penghidupan, dan akhir urusanku (baik bagiku dalam urusanku di dunia dan akhirat), maka palingkanlah ia dariku, takdirkanlah yang terbaik bagiku di mana pun itu sehingga aku pun ridho dengannya.”(HR. Bukhori)
Semoga bermanfaat untuk saudari-saudariku yang sedang dirundung masalah. Yassarallahu umurana Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Oleh: Ustadzah Lathifah Musa. (Pembina Grup WhatsApp Wanita Shalihah)
(ameera/Arrahmah.com)