CILACAP (Arrahmah.com) – Pimpinan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Ustad Abu Bakar Ba’asyir mengikuti Salat Ied di halaman dalam Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Batu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (26/10/2012).
Ustad Abu yang belum genap satu bulan menempati Lapas Batu tampak berada di saf paling depan bersama para pejabat dan narapidana penghuni lapas ini.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki ini terlihat khusyuk mendengarkan khotbah Idul Adha 1433 Hijriah yang disampaikan khatib K.H. Hasan A. Makarim yang juga imam dalam Salat Ide tersebut.
Saat ditemui usai Salat Ied, Ustad Abu mengatakan bahwa khotbah yang disampaikan K.H. Hasan A Makarim sangat bagus. “Semua itu perlu pengorbanan, seperti pengorbanan Nabi Ibrahim yang tadi diterangkan sangat bagus (oleh khotib),” katanya seperti dikutip Antara News.
Ketika ditanya apakah turut berkurban pada Idul Adha 1433 H ini, dia mengaku hanya bisa memberikan kurban satu ekor kambing. “Saya hanya mampu satu ekor kambing, semoga bisa memberikan berkah,” katanya.
Lebih Baik
Ustad Abu juga mengakui kondisi Lapas Batu Nusakambangan lebih baik dibandingkan tahanan Mabes Polri, Trunojoyo, Jakarta Selatan. Sebab selama hampir dua tahun di sana dia mengaku tidak pernah kena sinar matahari.
Menurut dia, Lapas Batu lebih lapang, udaranya bersih, dan sinar matahari cukup. Petugas juga memberikan kesempatan yang sangat longgar kepada para nara pidana untuk berolahraga.
“Ini yang saya komentari dari segi kesehatan. Kalau masalah pemindahan karena menurut aturan mereka, yang kena 15 tahun harus dipindahkan ke sini,” katanya.
Sementara mengenai upaya hukum lanjutan ia mengatakan sebelumnya pernah melakukan banding sehingga hukumannya dikurangi dari 15 tahun menjadi sembilan tahun. Namun karena ada tuduhan terlibat dengan jaringan teroris internasional hukuman kembali dinaikkan menjadi 15 tahun.
“Saya dengar, pengacara akan mengajukan PK (peninjauan kembali), karena semua itu tidak benar,” katanya.
Tidak Mengenal
Pada kesempatan itu Ustad Abu juga mengaku tidak mengenal jaringan pelaku aksi teror yang terjadi belakangan ini. Dia hanya mengatakan bahwa orang-orang yang sering kali disebut teroris adalah mujahid meskipun tidak semua perbuatan yang dilakukan mereka disetujui.
“Yang disebut teroris itu mujahid semua meskipun saya akui tidak semua perbuatannya mesti setuju, misalnya, meledakkan bom yang kadang kadang kena yang tidak salah, merusak. Tidak semua langkahnya, kita setujui,” katanya. (bilal/arrahmah.com)