KABUL (Arrahmah.id) – Kuasa Usaha Kedutaan Besar Imarah Islam Afghanistan di Islamabad, Sardar Ahmad Shakib, mengatakan bahwa keterlibatan dengan Imarah Islam sangat penting untuk stabilitas permanen di kawasan ini.
Shakib, dalam sebuah pertemuan virtual yang diselenggarakan oleh Institute of Strategic Studies Pakistan, mengenai ulang tahun ketiga Imarah Islam di Afghanistan, mengatakan bahwa Imarah Islam mencari keterlibatan yang konstruktif dengan semua mitranya, lansir Tolo News (16/8/2024).
Ia mengatakan, “Imarah Islam, dengan mempertimbangkan kebijakannya yang berpusat pada ekonomi, mencari keterlibatan yang konstruktif dengan semua mitranya. Pemerintah Afghanistan mengendalikan semua bagian negara, dan kenyataan ini harus diterima oleh semua orang; oleh karena itu, keterlibatan dengan Imarah Islam sangat penting untuk stabilitas permanen di wilayah tersebut.”
Sardar Ahmad Shakib lebih lanjut menambahkan bahwa perbedaan-perbedaan ada di setiap negara. Dalam pandangannya, perbedaan-perbedaan ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk menindas rakyat Afghanistan dan pemerintah Afghanistan.
Kuasa Usaha Imarah Islam di Pakistan lebih lanjut mengatakan, “Saya ingin menekankan bahwa perbedaan ada di antara semua negara. Tidak ada negara yang tidak memiliki perselisihan internal atau eksternal dengan negara lain dalam beberapa isu. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan ini hanya dapat diselesaikan melalui dialog, dan ada kemungkinan bahwa perbedaan-perbedaan seperti itu juga ada di dalam Imarah Islam; namun, perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk menindas dan memberikan sanksi kepada rakyat.”
Dalam pertemuan ini, seorang mantan diplomat Pakistan menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak tertarik untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan dan bahwa mereka telah melakukan kesalahan di Afghanistan selama dua puluh tahun terakhir.
Ayaz Wazir, seorang mantan diplomat Pakistan, mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya tidak tertarik untuk membawa perdamaian di Afghanistan. Jika mereka serius dalam memulihkan perdamaian, mereka tidak akan menolak proposal Taliban untuk berdialog, atau mereka tidak akan mengucilkan Taliban dari Konferensi Bonn atau pemerintah Ashraf Ghani dari konferensi Doha.”
Hal ini terjadi ketika, bahkan setelah tiga tahun sejak kembalinya Imarah Islam ke tampuk kekuasaan, tidak ada satu pun negara tetangga dan regional yang mengakui pemerintahan Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.id)