SFAX (Arrahmah.id) – Sedikitnya 10 orang hilang dan satu orang tewas setelah sebuah kapal yang berusaha mencapai Italia tenggelam di lepas pantai Tunisia pada Ahad (9/7/2023), menurut seorang pejabat pengadilan.
Penjaga pantai Tunisia menyelamatkan 11 orang dari kapal yang terbalik di lepas pantai kota tenggara Zarzis, kata Faouzi Masmoudi, seorang hakim di kota terdekat Sfax, kepada Reuters.
Kota pesisir Sfax dan kota-kota tetangga telah menjadi jalur akses utama ke Eropa bagi banyak orang yang mencoba menyeberangi Mediterania.
Jumlah orang yang tewas atau hilang di kapal yang tenggelam di lepas pantai Tunisia telah mencapai 608 orang, kata Forum Hak Ekonomi dan Sosial Tunisia pada Sabtu (8/7/2023). Penjaga pantai negara itu telah menggagalkan upaya 33.000 orang untuk menaiki perahu, tambah kelompok hak asasi itu.
Dalam beberapa pekan terakhir, warga Tunisia di Sfax menggelar protes menentang kehadiran para pengungsi.
Pada Selasa (4/7), seorang pria Tunisia ditikam sampai mati selama konfrontasi di kota itu, setelah pejabat pengadilan mengatakan tiga orang Afrika Sub-Sahara yang diduga bertanggung jawab ditangkap.
Pasukan keamanan Tunisia mengusir ratusan orang Afrika Hitam dari Sfax ke wilayah perbatasan dengan Libya awal pekan ini, menurut kelompok hak asasi manusia.
Pasukan keamanan memukuli para pengungsi, membuang makanan mereka dan menghancurkan ponsel mereka, menurut Lauren Seibert, seorang peneliti hak-hak pengungsi dan migran di Human Rights Watch.
Uni Eropa telah menjanjikan dukungan keuangan kepada Tunisia untuk membantunya mengatasi krisis migrasi di negara tersebut.
Presiden Kais Saied mengatakan bulan lalu bahwa Tunisia tidak akan bertanggung jawab untuk menghentikan migrasi ilegal ke Eropa, dan “menolak menjadi tempat transit atau pemukiman bagi para migran”.
Pada Februari, Saied mengaitkan orang-orang dari Afrika Sub-Sahara di negara itu dengan kriminalitas, dalam komentar yang secara luas dikecam sebagai rasis.
“Ada rencana kriminal sejak awal abad ini untuk mengubah struktur demografis Tunisia, dan ada pihak yang menerima uang dalam jumlah besar setelah 2011 untuk penyelesaian imigran ilegal dari Afrika Sub-Sahara,” katanya. (zarahamala/arrahmah.id)