YOGYAKARTA (Arrahmah.com) – Indonesia hingga kini masih berada di peringkat tiga sebagai negara dengan penduduk terbanyak mengonsumsi rokok setelah China dan India.
Menurut peneliti dari Pusat Kajian Bioetik dan Perilaku Kesehatan Fakultas Kedokteran (FK) UGM Yayi Suryo Prabandari, kondisi tersebut sama dengan keberadaan masyarakat Indonesia yang terserang TBC.
“Indonesia masih tinggi di urutan ke tiga setelah China dan India. Ini sama halnya dengan posisi masyarakat Indonesia yang terserang TBC,” kata Yayi di FK UGM, Jumat (29/5).
Yayi Suryo menambahkan sebagaimana hasil survei dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia ini maka setiap harinya di Indonesia diperkirakan 1.172 orang tewas akibat tembakau khususnya rokok ini.
Dari jumlah itu memang masih didominasi kaum pria yang mencapai 67 persen dan perempuan sekira 5 persen. Namun demikian saat ini telah ada tren peningkatan jumlah remaja terutama kaum putri yang merokok hingga 30 persen.
Sementara itu menurut peneliti lainnya Prof Sunarto, hingga sekarang di kawasan Asia Pasifik, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang belum menerapkan Konvensi soal pemakaian tembakau dalam Framework on Tobaco Control (FCTC) yang telah ditandatangani 160 negara. Padahal dalam konvensi itu diatur secara ketat pemakaian tembakau untuk rokok seperti produksi, iklan dan penggunanya.
“Dalam konvensi itu ketat diatur bagaiamana produksi rokok diturunkan, iklan rokok dihapus, anak-anak dilarang merokok hingga pemakaian kawasan rokok,” kata Sunarto.
Dalam kesempatan tadi Sunarto juga mendesak agar pemerintah bisa menerapkan kebijakan yang telah ditempuh oleh beberapa negara dalam iklan rokok. Di sejumlah negara seperti Thailand, pada setiap bungkus rokok selain ditulis bahaya merokok juga disertai gambar korban bahaya merokok sehingga lambat laun akan mengurangi jumlah perokok.
“Dari beberapa survei hal itu juga berpengaruh terhadap tingkat pengguna merokok yang turun jika disertai gambar korban perokok,” tutur Sunarto. (okz)