BEIJING (Arrahmah.com) – Setelah bertahun-tahun mendiskriminasi, menahan dan menyiksa umat Islam di Cina, terutama Muslim Uighur. Kini Partai Komunis Cina (PKC) yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping mulai menargetkan umat Kristen.
Sebagaimana dilaporkan oleh CBN News pada Selasa (9/2/2021), Partai Komunis Cina telah mengindoktrinasi anak-anak sekolah agar membenci Tuhan dan memastikan bahwa mereka hanya memuja Xi Jinping. Bahkan mereka juga diminta untuk melaporkan anggota keluarga yang mendukung pandangan Kristen.
Para guru di sekolah mendoktrin bahwa, “Kekristenan adalah Xie jiao atau sekte jahat”. Mereka juga memberikan buku berjudul “Moralitas dan Masyarakat” yang berbicara lebih banyak tentang Xie jiao kepada anak-anak.
Hal tersebut membuat anak-anak cemas dan takut terhadap ajaran yang selama ini mereka yakini dan pelajari dari keluarga mereka.
Seorang ibu beragama Kristen, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan bahwa anaknya tampak bertindak berbeda setelah bersekolah.
“Sebelum mulai sekolah saya memberi tahu anak saya tentang ciptaan Tuhan dan dia mempercayainya. Tapi setelah diajar di sekolah, anak saya seperti orang yang berbeda. Di Cina yang ateis, anak-anak yang murni dan polos ini telah diajari untuk membenci Tuhan,” katanya.
CBN News juga melaporkan bahwa PKC berusaha untuk menghilangkan komunitas beragama karena dianggap sebagai ancaman bagi rezim Xi Jinping. Ada lebih banyak orang Kristen di Cina daripada anggota Partai Komunis, dan kenyataan ini tidak sesuai dengan keinginan partai. Sehingga materi agama telah diklasifikasikan sebagai hal yang ilegal.
Presiden Xi Jinping telah memerintahkan bahwa semua agama harus “Sinicize” atau “Cina-isasi” untuk memastikan bahwa mereka setia kepada partai.
Sebuah kalender agama telah dibuang dari salah satu rumah pemeluk agama Kristen dan diganti dengan poster bertuliskan, “Bersyukurlah kepada Partai, patuhi dan ikuti Partai.”
Beberapa serangan anti-Kristen juga mulai dilakukan secara terang-terangan. Seperti pemindahan ratusan salib dari gedung gereja di salah satu provinsi di Cina dalam empat bulan terakhir.
“Saat salib disingkirkan di seluruh negeri, mereka yang menolak untuk bekerja sama akan dituduh menentang Partai Komunis,” kata seorang warga Kristen yang menolak disebutkan namanya.
“Kami ditekan untuk melepaskan keyakinan kami, tapi kami akan bertahan,” imbuhnya.
Kamera pengintai bahkan telah dipasang di dalam gereja. Ibadah hanya dapat dipimpin oleh pendeta yang disetujui pemerintah, dan keuangan gereja dikendalikan oleh pemerintah.
Pemerintah Cina maupun pihak PKC belum berkomentar atas laporan tersebut.
Cina berada di peringkat ke-17 pada “Open Doors ‘2021 World Watch List” dari negara-negara di mana orang Kristen mendapatkan penderitaan paling menyakitkan. (arrahmah.com)