TEHERAN (Arrahmah.id) – Iran mengatakan, Senin (13/3/2023) bahwa pihaknya akan menyambut baik pemulihan hubungan dengan Bahrain untuk mengakhiri tujuh tahun hubungan yang putus, menyusul kesepakatan yang ditengahi Cina baru-baru ini untuk memulihkan keretakan antara Teheran dan Riyadh.
“Dimulainya kembali hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi menunjukkan keefektifan dan keberhasilan solusi diplomatik untuk menyelesaikan kesalahpahaman,” kata juru bicara kementerian luar negeri Iran Nasser Kanani.
“Teheran, senang dengan pemulihan hubungan dengan Saudi dan percaya bahwa hubungan antara Iran dan Bahrain tidak terkecuali dalam aturan ini”, tambah Kanani.
Riyadh dan Teheran pada Jumat (10/3) mengumumkan mereka akan membuka kembali kedutaan dan misi dalam waktu dua bulan dan menerapkan perjanjian kerja sama keamanan dan ekonomi yang ditandatangani lebih dari 20 tahun lalu.
“Dengan atmosfir positif yang kita saksikan di kawasan Teluk, perkembangan positif ini dapat terjadi dalam kaitannya dengan negara-negara lain di kawasan ini, termasuk Bahrain,” kata Kanani.
Pada 2016, Bahrain mengikuti jejak Riyadh ketika Arab Saudi memutuskan hubungan setelah pengunjuk rasa Iran menyerang misi diplomatik Saudi menyusul eksekusi Saudi terhadap pendeta Syiah yang dihormati Nimr al-Nimr.
Di masa lalu, Bahrain juga menuduh Iran telah melatih dan mendukung pemberontakan yang dipimpin Syiah di kerajaan yang dikuasai Sunni itu untuk menggulingkan pemerintah Manama, sebuah tuduhan yang dibantah Teheran.
Detente antara Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia, dan Iran, yang sangat berselisih dengan pemerintah Barat atas kegiatan nuklirnya, memiliki potensi untuk membentuk kembali hubungan di seluruh wilayah yang ditandai dengan pergolakan selama beberapa dekade.
Iran dan Arab Saudi mendukung pihak lawan di beberapa zona konflik termasuk Yaman, di mana pemberontak Houtsi didukung oleh Teheran dan Riyadh memimpin koalisi militer yang mendukung pemerintah.
Kedua belah pihak juga bersaing untuk mendapatkan pengaruh di Suriah, Libanon, dan Irak.
Beberapa sekutu Teluk Arab Saudi telah mengirim utusan kembali ke Iran.
Pada September, Iran menyambut duta besar Emirat setelah enam tahun absen, dan sebulan sebelumnya mengatakan Kuwait telah mengirim duta besar pertamanya ke Teheran sejak 2016. (zarahamala/arrahmah.id)