IDLIB (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad yang didukung oleh Rusia, telah meningkatkan pengeboman di wilayah yang dikuasai pejuang Suriah di wilayah barat laut, menewaskan sedikitnya enam warga sipil, menurut aktivis lokal.
Serangan udara dan penembakan pada Sabtu (8/9/2018) terjadi sehari setelah Rusia menolak seruan Turki untuk gencatan senjata di provinsi Idlib, di mana serangan besar rezim yang ditujukan untuk merebut benteng terakhir pejuang Suriah di negara itu, nampaknya akan segera terjadi, lansir Al Jazeera.
Serangan itu menargetkan daerah-daerah di selatan provinsi Idlib dan di utara provinsi Hama, dalam apa yang dilihat sebagai eskalasi terbesar selama seminggu terakhir.
Satu rumah sakit di desa Hass di selatan Idlib telah dihancurkan oleh bom barel yang dijatuhkan dari helikopter.
Aktivis setempat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa enam warga sipil tewas dalam pengeboman, termasuk seorang anak.
Menurut Abdul Karem Al-Rahmoun, seorang perwakilan White Helmets, kelompok penyelamat yang beroperasi di wilayah yang dikuasai pejuang Suriah, kota Qalaat Al-Madiq di utara provinsi Hama telah ditargetkan dengan lebih 150 tembakan.
Pemboman itu menewaskan dua orang dan melukai lima lainnya termasuk dua anak.
Setidaknya 26 orang di wilayah yang dikuasai pejuang telah tewas sejak awal bulan, lanjut White Helmets.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, faksi pejuang di utara Hama merespon serangan dengan menembakkan roket ke daerah yang dikuasai rezim, termasuk kota Salhab, namun tidak ada korban yang dilaporkan.
Mohammad Haj Ali, komandan Divisi Pesisir Pertama, yang merupakan bagian dari faksi moderat Jabhah Al-Wataniya Lil Tahrir (NLF), mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meskipun terjadi peningkatan serangan, namun pertempuran untuk Idlib belum dimulai.
“[Serangan itu ditunda] karena tekanan Turki terhadap Rusia. Kami masih berharap untuk solusi diplomatik,” klaimnya, menambahkan bahwa ia berharap ofensif akan diluncurkan dalam beberapa minggu mendatang.
Jika ini terjadi, tahap pertama akan menargetkan provinsi Latakia utara dan daerah sekitar kota Jis Al-Shugour, lanjutnya. (haninmazaya/arrahmah.com)