NDJAMENA (Arrahmah.com) – Chad telah melarang Muslimah mengenakan cadar setelah dua serangan bom menghantam negara tersebut pada Senin (15/6/2015).
Pemerintah Chad menuduh kelompok Boko Haram yang berada di balik pemboman yang menewaskan lebih dari 20 orang tersebut.
Perdana Menteri Chad mengklaim bahwa cadar digunakan sebagai “kamuflase” oleh “militan” dan mengatakan pasukan keamanan akan membakar semua cadar yang dijual di pasar, lansir BBC pada Rabu (17/6).
Chad menjadi tuan rumah untuk pasukan regional yang baru dibentuk untuk menghadapi Boko Haram yang aktif di kawasan tersebut.
Pada Selasa (16/6), Amerika Serikat mengumumkan pihaknya akan memberikan 5 juta USD untuk membantu membiayai markas pasukan multi-nasional di Chad.
Boko Haram sendiri belum mengeluarkan pernyataan atas serangan itu, meskipun sebelumnya pernah mengancam akan menyerang Chad karena pasukannya mulai membantu Nigeria.
Dalam pertemuan dengan para pemimpin agama, Perdana Menteri Chad, Kalzeube Pahimi Deubet mengatakan pelarangan akan dilaksanakan di seluruh tempat, tidak hanya di wilayah publik.
Ia kembali mengklaim bahwa pakaian apapun yang menutup seluruh wajah kecuali mata hanya sebagai kamuflase.
Mayoritas penduduk Chad adalah Muslim dan cadar atau niqob yang digunakan oleh Muslimah adalah terutama karena alasan agama, tetapi juga membantu melindungi wanita dari panas dan iklim berdebu sahara.
Penggunaan cadar juga dilarang pada Mei lalu di Kongo-Brazzaville dengan dalih “kontra-terorisme”. Meskipun tidak pernah ada serangan di negara ini dan penduduk Muslim di sana kurang dari 5% dari populasi Kongo-Brazzaville. (haninmazaya/arrahmah.com)