BEIRUT (Arrahmah.com) – Ribuan pengunjuk rasa berkumpul di pusat Beirut untuk mencari keadilan atas ledakan dahsyat pada Selasa ketika polisi anti-huru hara menembakkan gas air mata ke arah mereka yang mencoba menerobos penghalang ke gedung parlemen.
Seorang polisi tewas dalam bentrokan, dan lebih dari 728 orang terluka menyusul protes di ibu kota Libanon, Beirut, sebagai tanggapan atas ledakan mematikan yang menewaskan sedikitnya 158 orang, lansir Al Jazeera (8/8/2020)
Para pengunjuk rasa telah menuntut tindakan dari pemerintah di tengah krisis ekonomi yang dihadapi negara bahkan sebelum bencana melanda.
Tentara dan pengunjuk rasa bentrok di dekat jalan raya utama Beirut
Tentara dan pengunjuk rasa bentrok di jalan lingkar utama Beirut dekat pusat kota di tengah unjuk rasa anti-pemerintah yang sedang berlangsung, ujar laporan Al Jazeera.
Tentara menyerang pengunjuk rasa dengan tongkat, memukuli sejumlah besar pengunjuk rasa, sementara pengunjuk rasa menanggapi dengan melemparkan batu ke arah pasukan.
“Lepaskan seragam dan berdiri bersama kami, lalu Anda bisa memakainya lagi dengan hormat,” kata seorang pengunjuk rasa ketika sejumlah dari mereka menghadapi barisan tentara.
“Beri tahu kami apa yang kamu dapat dari bersama mereka? Kami benar-benar tidak memahaminya, mengapa kamu melakukan ini kepada kami?”
Tentara Libanon berupaya mengusir pengunjuk rasa yang telah mengambil alih gedung kementerian luar negeri di pusat kota Beirut beberapa jam sebelumnya.
Para demonstran, yang dipimpin oleh pensiunan perwira militer, telah menyerbu gedung dan menyatakannya sebagai “markas revolusi”, tetapi mereka diusir tiga jam kemudian ketika bala bantuan besar tentara datang. (haninmazaya/arrahmah.com)