(Arrahmah.id) – Walau pertempuran sengit masih berlangsung di Gaza, tapi media-media seluruh dunia bahkan media “Israel” sendiri sudah ramai membahas tentang penghentian perang dan perjanjian damai.
Inilah pembahasan setelah Gaza…
Penghentian perang sudah dekat. Gejalanya bisa dilihat dari berbagai sisi:
- Roket-roket pejuang masih beterbangan di langit Tel Aviv, jutaan orang terbirit pontang panting lari bersembunyi. Bahkan diberitakan kota pelabuhan dan ekonomi Haiva pun mendapat jatah ledakan roket tanpa ada suara alarm peringatan kota.
Pesan yang sangat jelas disampaikan oleh para pejuang bahwa mereka masih ada, mereka masih siap, senjata mereka masih lengkap, dan kehancuran gedung di Gaza tidak menghancurkan kekuatan mereka.
Pesan terpentingnya adalah, kalau pun “Israel” mencekoki masyarakat dengan berita bohong kemenangan atau “Israel” mampu menutup semua akses berita dari Gaza, tapi kedatangan roket-roket jelas membuyarkan semua upaya itu.
Sumber informasi militer yang selama ini menyuarakan tentang kemenangan di perang ini, ditanya oleh banyak media mana kemenangan yang selama ini diceritakan karena roket-roket Gaza masih sampai Tel Aviv, dan dia menjawab: Tidak tahu!. Jelas kemarahan masyarakat “Israel” semakin tak terkendali.
Roket-roket itu juga mengucapkan selamat datang bagi menteri pertahanan Amerika Lloyd Austin yang menyampaikan dukungan penuh Amerika untuk “Israel” dalam konferensi persnya di Tel Aviv.
- Tekanan masyarakat “Israel” di jalanan Tel Aviv semakin besar. Kemarahan media mereka semakin menjadi. Setelah keluarga mereka yang tertawan diberitakan mati bahkan di tangan tentara mereka sendiri. Seperti siaran channel 13 yang merupakan channel resmi negara. Para pengamat mereka mengatakan:
“Kalau ada pemilu di Palestina, pasti Hamas pemenangnya.”
“Survey di Tepi Barat, kebanyakan penduduk Palestina mendukung Hamas tanpa syarat.”
“Perang ini tidak membuat kelompok ini mengangkat bendera putih dan bangsa ini tidak akan pernah menyerah.”
“Yahya Sinwar yang dibebaskan dari penjara pernah mengatakan akan membebaskan semua tawanan Palestina dan akan membuat Hamas tetap ada.”
- Tentara “Israel” dengan kendaraan-kendaraan militer lapis baja di tangan para pejuang, menembak mereka hanya semudah mengejar bebek. Tiap hari tentara “Israel” terkapar mati dan terluka, sekali tembak bisa 10 orang terkapar. Kendaraan militer yang satunya seharga jutaan US Dollar pun hangus berikut penumpangnya atau ditarik pulang jadi rongsokan.
- Netanyahu akhirnya mau menemui keluarga-keluarga “Israel” yang keluarganya ditawan di Gaza dan menyampaikan bahwa dia sedang bersiap untuk damai demi pembebasan mereka. “Israel” sudah tidak punya pilihan sama sekali kecuali harus kembali menerima kesepakatan damai.
Walau dengan gengsi Netanyahu yang dengan gayanya bak pahlawan mengatakan tidak akan mengirim kepala intelijen Mossad untuk negosiasi dengan siapa pun, itu baru seminggu yang lalu. Dan hanya dua hari setelah terbunuhnya beberapa tawanan “Israel” di Gaza, kepala Mossad diberangkatkan ke Qatar.
- Al Qassam mengeluarkan video tawanan tiga orang tua
Ini bukan sembarang orang tua. Mereka adalah tentara yang ikut berbagai pertempuran sebelum ini. Bukan saja tentara tetapi mereka ikut membangun kemiliteran “Israel”, karena di antara mereka ada yang usianya 79 tahun.
Perang psikologis sangat cerdas ini menyasar dua hal penting: sesepuh militer ini sangat sedih dan takut karena mereka adalah pendiri militer “Israel” tetapi dalam ancaman mati di tangan militer yang mereka dirikan dan tentu ini pundi-pundi data bagi para pejuang untuk sepuasnya mengorek data tentang militer “Israel”.
Satu lagi…
- Kaum munafik mulai bermunculan
Husen Al Syekh yang digadang-gadang akan menggantikan presiden tidak sah Palestina; Mahmud Abbas, adalah calon Tel Aviv yang untuk memimpin Palestina. Di tengah hari-hari pertempuran, “Israel” sudah menyuarakan agar Gaza tidak boleh lagi dipimpin Hamas dan harus diganti oleh kekuasaan Palestina yang bermain mata dengan “Israel” yang sekarang dipegang oleh Mahmud Abbas.
Husen Al Syekh orang yang pernah berkata: “Kami tidak akan menerima sebuah pemerintahan bersama dengan Hamas walaupun nyawa taruhan kami.”
Dia juga yang beberapa hari lalu, di tengah dunia mengutuk musuh Hamas, malah dia bicara buruk tentang Hamas: “Setelah perang ini, Hamas harus dimintai pertanggungan jawab.”
Strategi para pejuang sangat menakjubkan. Membuat “Israel” tidak punya pilihan dan bermunculan dengan jelas para kaum munafik di tubuh Palestina bahkan di luar Palestina. DR. Boulbaba Salem berkata, “Yang membuat saya nyaman adalah keputusan politik para pejuang Palestina ada di Gaza, bukan di tangan satu pun negara Arab seperti yang terjadi sebelumnya.”
Dan yang paling menarik adalah perjanjian damai akan menuruti semua syarat para pejuang Gaza.
Tentu…
Pemenanglah yang bisa memaksakan syaratnya!
Dilansir dari chanel Telegram @BudiAshariOfficial pada Rabu (20/12/2023)
(Rafa/arrahmah.id)